Belajar
adalah sebuah aktifitas untuk menyerap suatu informasi agar kita memiliki
pengetahuan dan kemampuan lebih banyak dari sebelumnya. Sebagian orang
menganggap belajar adalah sebuah aktifitas yang menyenangkan, tapi ada juga
sebagian orang yang menganggap belajar adalah sebuah aktifitas yang
membosankan. Kenapa itu bisa terjadi. Mari kita bahas bersama-sama.
Semua
manusia wajib belajar. Yap, itulah kenapa manusia di berikan akal oleh Allah
Subhanahu wa ta’ala. Karena akal digunakan untuk berfikir. Dan hasil pemikiran
yang ia miliki tidak lain adalah hasil dari proses pembelajaran yang ia
dapatkan sebelumnya. Apabila dalam proses belajar yang ia dapati baik, maka
hasilnya pun akan baik, begitu pula sebaliknya.
Belajar
tidak hanya di deskripsikan sebagai sebuah aktifitas yang monoton, misalnya
membaca, menulis, menghitung, dan berbagai aktifitas yang lain bersifat
akademis. Belajar memiliki pengertian dan implementasi yang sangat luas dan tak
terbatas. Dan tanpa kita sadari, semua kemampuan yang ada pada diri kita adalah
hasil dari belajar itu sendiri.
Banyak
orang tua kita yang salah kaprah dalam mengartikan apa itu belajar. Mereka akan
sangat bangga ketika anaknya memdapat nilai besar disekolahnya. Mereka akan
menyangka karena anaknya rajin belajar. Tentu tidak salah, karena memang itulah
yang diharapkan oleh setiap orang tua. Siapa yang tidak bangga jika memiliki
anak yang cerdas dan berprestasi. Disamping itu, ada juga orang tua yang harus
menelan pil pahit karena mendapati nilai raport anaknya yang jauh dari harapan.
Mereka akan menganggap jika nilai raportnya besar, berarti anaknya pintar. Jika
nilai raportnya kecil, berarti anaknya bodoh.
Lagi-lagi,
semua tentang akademis. Yah, tidak bisa kita pungkiri bahwa paradigma seperti
ini sudah mendarah daging di masyarakat kita. Namun disamping itu, masih ada
hal-hal yang sering luput dari perhatian kita, terutama orang tua. Yaitu
bagaimana cara anak tersebut bisa mendapatkan nilai yang besar di sekolahnya.
Yaitu bagaimana proses yang ia lalui dalam menyerap informasi dan ilmu
pengetahuan.
Di
tambah lagi sistem pendidikan di negeri ini, yang telah menciptakan
kebingungan-kebingungan di tengah masyarakat kita. Sistem yang sangat mudah
berubah seperti bunglon, belum selesai yang satu, diubah bahkan ditambah dengan
sistem yang baru. Dan tuntutan nilai bersifat kognitif menjadi ujung tombak dalam
menilai kecerdasan seorang anak. Itulah kenyataan yang harus kita hadapi
sekarang. Tapi, akan sangat menguras tenaga dan fikiran jika kita terlalu fokus
pada masalah. Sudah saatnya kita mencari solusi untuk menyelesaikan masalah
dengan cara yang efektif dan efisien mulai dari hal terkecil, mulai saat ini,
dan mulai dari diri sendiri.
Dari
kenyataan yang terjadi di masyarakat kita. Maka bermuncul lah ide-ide baru yang
di harapkan dapat memberikan solusi alternatif untuk anak-anak kita.
Diantaranya, dengan hadirnya sekolah-sekolah terpadu dan lembaga-lembaga
pendidikan non formal. Memang, sekolah-sekolah terpadu dan lembaga pendidikan
non formal cukup membantu dalam memberikan jaminan pendidikan yang lebih baik
dari sekolah-sekolah umum lainnya. Tapi sekali lagi, tidak semua anak dapat
menikmati fasilitas seperti ini. Karena, fasilitas yang baik membutuhkan cost
yang besar pula. Jadi, fasilitas seperti ini hanya bisa dinikmati oleh
anak-anak yang kebetulan memiliki orang tua yang memiliki kecukupan finansial.
Lain hal dengan anak-anak yang kebetulan memiliki orang tua yang finansialnya
pas-pasan, maka mereka harus mencari alternatif lain. Jika tidak, mereka akan
tetap terkurung pada sistem yang telah ada. Seperti ikan mati yang mengikuti
arus sungai.
Lalu,
apakah masih ada alternatif lain untuk membantu pendidikan anak-anak kita.
Jawabannya ADA. Seperti apa? Anda pernah menonton film Laskar Pelangi? Jika ya,
berarti Anda telah menyaksikan bahwa kecerdasan dan kesuksesan seorang anak
tidak hanya didapatkan dari fasilitas belajar yang bersifat materil. Namun juga
dapat bersifat moril. Dengan fasilitas yang sangat terbatas, tidak menjadi
penghalang bagi mereka untuk terus belajar dan berprestasi. Kenapa mereka bisa?
Karena mereka memiliki MIMPI. Itulah kekuatan mimpi. Dan itulah yang harus
ditanamkan dalam benak setiap anak kita. Bahwa mereka memiliki hak yang sama
dalam menggantung cita-citanya. Selain mimpi, keberuntungan mereka adalah
mereka memiliki guru-guru yang terbuka. Yang tidak membedakan seperti apa latar
belakang murid-muridnya, kaya, miskin, pintar, bahkan keterbelakangan mental
sekalipun, mereka melebur menjadi satu. Indah bukan?
Bukan
hanya kesenjangan ekonomi yang sedang kita hadapi saat ini, namun juga terjadi
kesenjangan dalam dunia pendidikan. Akibatnya, bermuncullah berbagai dikte
pencitraan untuk sekolah-sekolah tertentu, sekolah kaya, sekolah miskin,
sekolah unggulan, sekolah tertinggal, dan lain sebagainya. Anak-anak kita hanya
akan terbiasa dengan lingkungan yang homogen. Hal ini akan mengakibatkan
kebanggaan dan keminderan yang berlebihan bagi anak-anak kita.
Nasi
sudah menjadi bubur! Pertanyaannya adalah apa yang harus kita lakukan sekarang?
Pertama, sebagai seorang pendidik. Hilangkan semua paradigma anda tentang anak
pintar dan anak bodoh. Semua anak adalah pintar!. Bukan mereka yang tidak mampu
menyerap ilmu yang kita ajarkan. Namun kita lah yang tidak tahu metode apa yang
tepat agar mereka dapat menyerap dengan mudah atas ilmu yang kita sampaikan. Metode
pendidikan yang kaku hanya akan memperbesar kesenjangan kecerdasan murid. Anda
pernah mendengar Modalitas Belajar? Yaitu cara seseorang menyerap informasi ke
dalam otak. Setidaknya ada 3 jenis modalitas belajar seseorang. Diantaranya
Visual, Auditori, dan Kinestetik. Jika anda menggunakan metode yang tidak
sesuai dengan modalitas seorang anak, maka akan sulit baginya menyerap
informasi yang anda sampaikan. Sekali lagi, mereka tidak bodoh. Mereka hanya
membutuhkan cara yang tepat untuk menyerap informasi yang anda sampaikan.
Selain itu masih banyak lagi hal-hal penting dalam proses pembelajaran, yang
mungkin akan di bahas pada artikel lain.
Kemudian,
orang tua. Dari 24 jam yang mereka miliki? Dengan siapa mereka paling banyak
menghabiskan waktunya. Jangankan untuk menemaninya belajar, sekedar untuk
bercengkrama saja anda tak memiliki waktu. Jika anak anda memiliki kekurangan
dalam kecerdasannya, kemudian anda dengan mudah menyalahkan orang-orang
disekitar anda. Sekali lagi, mereka tidak bodoh, namun mereka butuh perhatian
lebih dari anda! Jadilah orang tua yang menyenangkan, ada saatnya anda
memposisikan diri sebagai seorang kepala keluarga dan ada saatnya juga anda
menjadi teman bermain anak-anak anda.
Untuk
menyelesaikan berbagai masalah di dunia
pendidikan tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Kita tidak bisa membangun
Indonesia ini dengan tangan kita sendiri atau melimpahkan semuanya kepada
pemerintah, kepada guru, sekolah, tapi semua tugas kita bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar