Senin, 11 Agustus 2014

Tidak Ada Anak Bodoh


Belajar adalah sebuah aktifitas untuk menyerap suatu informasi agar kita memiliki pengetahuan dan kemampuan lebih banyak dari sebelumnya. Sebagian orang menganggap belajar adalah sebuah aktifitas yang menyenangkan, tapi ada juga sebagian orang yang menganggap belajar adalah sebuah aktifitas yang membosankan. Kenapa itu bisa terjadi. Mari kita bahas bersama-sama.

Semua manusia wajib belajar. Yap, itulah kenapa manusia di berikan akal oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Karena akal digunakan untuk berfikir. Dan hasil pemikiran yang ia miliki tidak lain adalah hasil dari proses pembelajaran yang ia dapatkan sebelumnya. Apabila dalam proses belajar yang ia dapati baik, maka hasilnya pun akan baik, begitu pula sebaliknya.

Belajar tidak hanya di deskripsikan sebagai sebuah aktifitas yang monoton, misalnya membaca, menulis, menghitung, dan berbagai aktifitas yang lain bersifat akademis. Belajar memiliki pengertian dan implementasi yang sangat luas dan tak terbatas. Dan tanpa kita sadari, semua kemampuan yang ada pada diri kita adalah hasil dari belajar itu sendiri.

Banyak orang tua kita yang salah kaprah dalam mengartikan apa itu belajar. Mereka akan sangat bangga ketika anaknya memdapat nilai besar disekolahnya. Mereka akan menyangka karena anaknya rajin belajar. Tentu tidak salah, karena memang itulah yang diharapkan oleh setiap orang tua. Siapa yang tidak bangga jika memiliki anak yang cerdas dan berprestasi. Disamping itu, ada juga orang tua yang harus menelan pil pahit karena mendapati nilai raport anaknya yang jauh dari harapan. Mereka akan menganggap jika nilai raportnya besar, berarti anaknya pintar. Jika nilai raportnya kecil, berarti anaknya bodoh.

Lagi-lagi, semua tentang akademis. Yah, tidak bisa kita pungkiri bahwa paradigma seperti ini sudah mendarah daging di masyarakat kita. Namun disamping itu, masih ada hal-hal yang sering luput dari perhatian kita, terutama orang tua. Yaitu bagaimana cara anak tersebut bisa mendapatkan nilai yang besar di sekolahnya. Yaitu bagaimana proses yang ia lalui dalam menyerap informasi dan ilmu pengetahuan.

Di tambah lagi sistem pendidikan di negeri ini, yang telah menciptakan kebingungan-kebingungan di tengah masyarakat kita. Sistem yang sangat mudah berubah seperti bunglon, belum selesai yang satu, diubah bahkan ditambah dengan sistem yang baru. Dan tuntutan nilai bersifat kognitif menjadi ujung tombak dalam menilai kecerdasan seorang anak. Itulah kenyataan yang harus kita hadapi sekarang. Tapi, akan sangat menguras tenaga dan fikiran jika kita terlalu fokus pada masalah. Sudah saatnya kita mencari solusi untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang efektif dan efisien mulai dari hal terkecil, mulai saat ini, dan mulai dari diri sendiri.

Dari kenyataan yang terjadi di masyarakat kita. Maka bermuncul lah ide-ide baru yang di harapkan dapat memberikan solusi alternatif untuk anak-anak kita. Diantaranya, dengan hadirnya sekolah-sekolah terpadu dan lembaga-lembaga pendidikan non formal. Memang, sekolah-sekolah terpadu dan lembaga pendidikan non formal cukup membantu dalam memberikan jaminan pendidikan yang lebih baik dari sekolah-sekolah umum lainnya. Tapi sekali lagi, tidak semua anak dapat menikmati fasilitas seperti ini. Karena, fasilitas yang baik membutuhkan cost yang besar pula. Jadi, fasilitas seperti ini hanya bisa dinikmati oleh anak-anak yang kebetulan memiliki orang tua yang memiliki kecukupan finansial. Lain hal dengan anak-anak yang kebetulan memiliki orang tua yang finansialnya pas-pasan, maka mereka harus mencari alternatif lain. Jika tidak, mereka akan tetap terkurung pada sistem yang telah ada. Seperti ikan mati yang mengikuti arus sungai.

Lalu, apakah masih ada alternatif lain untuk membantu pendidikan anak-anak kita. Jawabannya ADA. Seperti apa? Anda pernah menonton film Laskar Pelangi? Jika ya, berarti Anda telah menyaksikan bahwa kecerdasan dan kesuksesan seorang anak tidak hanya didapatkan dari fasilitas belajar yang bersifat materil. Namun juga dapat bersifat moril. Dengan fasilitas yang sangat terbatas, tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk terus belajar dan berprestasi. Kenapa mereka bisa? Karena mereka memiliki MIMPI. Itulah kekuatan mimpi. Dan itulah yang harus ditanamkan dalam benak setiap anak kita. Bahwa mereka memiliki hak yang sama dalam menggantung cita-citanya. Selain mimpi, keberuntungan mereka adalah mereka memiliki guru-guru yang terbuka. Yang tidak membedakan seperti apa latar belakang murid-muridnya, kaya, miskin, pintar, bahkan keterbelakangan mental sekalipun, mereka melebur menjadi satu. Indah bukan?

Bukan hanya kesenjangan ekonomi yang sedang kita hadapi saat ini, namun juga terjadi kesenjangan dalam dunia pendidikan. Akibatnya, bermuncullah berbagai dikte pencitraan untuk sekolah-sekolah tertentu, sekolah kaya, sekolah miskin, sekolah unggulan, sekolah tertinggal, dan lain sebagainya. Anak-anak kita hanya akan terbiasa dengan lingkungan yang homogen. Hal ini akan mengakibatkan kebanggaan dan keminderan yang berlebihan bagi anak-anak kita.

Nasi sudah menjadi bubur! Pertanyaannya adalah apa yang harus kita lakukan sekarang? Pertama, sebagai seorang pendidik. Hilangkan semua paradigma anda tentang anak pintar dan anak bodoh. Semua anak adalah pintar!. Bukan mereka yang tidak mampu menyerap ilmu yang kita ajarkan. Namun kita lah yang tidak tahu metode apa yang tepat agar mereka dapat menyerap dengan mudah atas ilmu yang kita sampaikan. Metode pendidikan yang kaku hanya akan memperbesar kesenjangan kecerdasan murid. Anda pernah mendengar Modalitas Belajar? Yaitu cara seseorang menyerap informasi ke dalam otak. Setidaknya ada 3 jenis modalitas belajar seseorang. Diantaranya Visual, Auditori, dan Kinestetik. Jika anda menggunakan metode yang tidak sesuai dengan modalitas seorang anak, maka akan sulit baginya menyerap informasi yang anda sampaikan. Sekali lagi, mereka tidak bodoh. Mereka hanya membutuhkan cara yang tepat untuk menyerap informasi yang anda sampaikan. Selain itu masih banyak lagi hal-hal penting dalam proses pembelajaran, yang mungkin akan di bahas pada artikel lain.

Kemudian, orang tua. Dari 24 jam yang mereka miliki? Dengan siapa mereka paling banyak menghabiskan waktunya. Jangankan untuk menemaninya belajar, sekedar untuk bercengkrama saja anda tak memiliki waktu. Jika anak anda memiliki kekurangan dalam kecerdasannya, kemudian anda dengan mudah menyalahkan orang-orang disekitar anda. Sekali lagi, mereka tidak bodoh, namun mereka butuh perhatian lebih dari anda! Jadilah orang tua yang menyenangkan, ada saatnya anda memposisikan diri sebagai seorang kepala keluarga dan ada saatnya juga anda menjadi teman bermain anak-anak anda.

Untuk menyelesaikan  berbagai masalah di dunia pendidikan tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Kita tidak bisa membangun Indonesia ini dengan tangan kita sendiri atau melimpahkan semuanya kepada pemerintah, kepada guru, sekolah, tapi semua tugas kita bersama.

Penulis : Cek Noer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar