Senin, 28 Juli 2014

Untukmu yang masih enggan untuk berhijab!




1. “Saya tahu, hijab itu wajib bagi muslimah, tapi biarlah ini menjadi urusan saya dan Tuhan saya.”

2. “Saya menyadari bahwa membuka aurat itu perbuatan dosa, tapi biarlah saat ini saya sedang menikmati dunia saya.”

3. “Saat ini saya sedang menikmati dunia, namun saya juga ingin menikmati akhirat (surga), saat ini saya berada di tengah-tengah. Saya juga tidak tahu kenapa hati saya seperti ini. Saya memohon kepada Allah agar segera memberi hidayah kepada saya.”

Inilah beberapa kalimat yang dilontarkan oleh seorang biduanita yang cukup tenar di negeri kita. Tidak perlu saya sebutkan siapa namanya, karena bukan saatnya kita menggunjingkan seseorang yang seharusnya kita doakan. Tapi yang harus kita bahas ialah pelajaran apa yang bisa kita ambil dari beberapa kalimat diatas.

Hidayah, ia adalah nikmat terbesar yang Allah berikan kepada seorang hamba. Karena hidayah ialah tabir pembuka dari kegelapan menuju cahaya. Mengubah aroma busuk menjadi aroma kasturi. Bahkan hidayah dapat mengantarkan seorang hamba mencapai surga-Nya.

Namun harus kita ingat, tidak semua hamba yang beruntung mendapat hidayah-Nya. Seperti dalam firman-Nya.

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).

Lalu, jika Allah berkata demikian apa yang harus kita lakukan? Apakah kita temasuk hamba-hamba pilihannya itu? Atau malah kita termasuk orang-orang yang jauh dari hidayah. Hanya Dia yang tahu!

Tapi, jangan terburu-buru kita mengambil kesimpulan apalagi dengan mudahnya lidah ini berkata, “Ya sudah kalau gitu, saya nunggu aja deh kapan hidayah itu mau datang. Kalo memang saya pilihan Allah, pasti saya dapat. Kalo nggak dapat, berarti saya bukan manusia pilihan-Nya.”

Astagfirullah, bersegeralah memohon ampun kepada-Nya. Ini bukanlah ucapan dari seorang hamba yang berserah diri. Namun sebuah ucapan kesombongan besar terhadap Sang Pencipta.

Jika kita harus menunggu sampai hidayah itu datang dengan sendirinya, lalu apa gunanya akal yang diberikan Allah kepada kita?

Alhamdulillah, kita terlahir sebagai seorang muslim. Sebuah bonus terbesar yang Allah berikan kepada kita, tanpa harus kita pinta sebelumnya. Tapi, jangan sombong dulu. Karena yang masuk surga itu bukan seorang muslim, tapi seorang mukmin.
Lahirnya kita sebagai seorang muslim merupakan hak prerogatif Allah, namun mati dalam keadaan mukmin merupakan hak prerogatif  hamba itu sendiri. Jadi jangan sombong.

Sering kita dengar di tengah-tengah umat muslim sebuah perkataan, “Saya ini orang muslim, walaupun saya banyak maksiat tapi ujung-ujungnya masuk surga, tapi kalo orang kafir, sebaik apapun hidup mereka, masih masuk neraka juga.”

Lalu apakah dengan terlahirnya kita sebagai muslim lantas kita yakin pasti masuk surga? Seyakin itukah diri kita bahwa kemaksiatan yang kita lakukan tidak akan mengantarkan kita pada perbuatan syirik? Baik secara sadar maupun tidak kita sadari? Atau jangan-jangan ini alasan kita untuk terus melakukan maksiat.

Jika benar demikian, yang terlahir muslim pasti masuk surga dan yang terlahir kafir pasti masuk neraka, maka Allah tidak adil. Kenapa? Karena jika manusia tahu bahwa ia akan terlahir sebagai seorang kafir, tentu sebelum terlahir di dunia mereka akan meminta untuk dilahirkan sebagai seorang muslim saja. Tapi nyatanya tidak seperti itu?

Karena terlahir sebagai seorang muslim hanyalah bonus. Bonus untuk mempermudah menjadi seorang mukmin. Dan terlahir sebagai seorang kafir merupakan ujian. Ujian berat bagi mereka, berat kenapa. Mereka harus menempuh dua fase. Yaitu fase menjadi seorang muslim, kemudian fase menjadi seorang mukmin. Karena seorang muslim belum tentuk mukmin, tapi seorang mukmin sudah pasti muslim. Dan bila mereka mau melepaskan kekafirannya, sungguh pahala yang Allah berikan sangat besar kepada mereka. Yaitu, terhapusnya segala dosa dimasa lalu, dan hidup seperti bayi yang baru lahir. Itulah perbedaan antara bonus kita dan bonus mereka.

Maka, mau sampai kapan kita berkata, “Tunggu hidayah datang.” Apakah kita bisa menjamin disaat hidayah itu datang kita dalam keadaan siap? Atau bahkan ia datang ketika nafas ini sudah berada diujung kerongkongan?

Untukmu yang sudah merasa mendapatkan hidayah. Mari kita jaga hidayah itu, jangan sampai ia terlepas. Dan mari terus berdoa untuk mendapatkan hidayah-hidayah selanjutnya, jangan pernah merasa puas atas hidayah. Karena belum tentu hidayah yang kita rasakan saat ini merupakan puncak dari hidayah itu. Atau bahkan ini hanyalah langkah awal untuk menuju tangga hidayah yang pertama.

Sahabat Muslimah, salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan kepada kita yaitu perintah untuk menutup aurat. Ini perintah yang khusus Allah berikan kepada Muslimah. Bukan kepada wanita-wanita lain. Sebuah kemuliaan dan penghargaan yang Dia berikan kepada kita. Agar kita menjadi wanita-wanita terhormat dimuka bumi ini, dan menjadi bidadari-bidadari surga di akhirat nanti. Lalu, kenapa engkau masih enggan untuk menerima penghargaan ini? Lantas penghargaan seperti apa yang menjadikanmu meninggalkan pengharagaan dari yang menciptakanmu? Apa yang kau khawatirkan sehingga masih enggan untuk berhijab?

Takut tidak kebagian rizki? Takut jauh jodoh?. Kenapa harus takut? Kan Allah yang menyuruh, pasti Dia akan bertanggung jawab atas apa yang Dia perintahkan kepada kita. Hati-hati looh, jangan pernah berkata, “Nanti ah berhijab, yang penting saya menghijabi hati dulu.” Loh kenapa hatinya di hijabi, nanti hidayah malah sulit masuk.

Hijab, hijab, hijab, kenapa harus hijab. Karena ia merupakan identitas, pembeda antara Muslimah dengan wanita-wanita lain. Bukti penhambaan dan ketaatan kita ke pada Allah, Sang Pencipta. Alangkah nikmatnya muslimah-muslimah di Indonesia? Loh kenapa?

Coba kita tengok sebagian saudari-saudari kita yang tinggal di negeri-negeri barat, eropa, dll. Karena hijab mereka dikucilkan, harena hijab mereka didiskriminasi, karena hijab mereka di anggap teroris. Itulah ujian yang harus mereka terima dalam memperjuangkan ketaatannya kepada Allah. Namun seberat apapun ujian, mereka tak gentar dan terus memperjuangkan prinsip-prinsip mereka.

Diantaranya yaitu teladan yang bisa kita ambil dari Wanita-Wanita Muhajirin - ketika turun perintah Allah -Subhanahu wa Ta’ala- agar mengenakan kerudung, mereka segera merobek korden-korden (hordeng) yang mereka punyai lalu memakainya sebagai kerudung.

Lalu bagaimana dengan kita? Kita yang berada di Indonesia? Negeri yang memiliki jumlah muslim terbesar di dunia. Negeri yang masih aman. Negeri yang penuh dengan toleransi. Apa yang harus kita takutkan?

Hidayah bukan untuk ditunggu. Tapi untuk dijemput. Jika kamu menjemput hidayah, hidayah akan bersamamu. Jika kamu tidak menjemputnya, maka ia akan bersama orang lain. Jika orang lain bersama hidayah. Kamu dengan siapa??

Cek Noer
Palembang, 10/07/14

Horeeee..!! Lebaran




Assalamualaikum, dears. Taqobbalallahu minna wa minkum. Selamat Idul Fitri 1435 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin. Alhamdulillah tahun ini kita masih dipertemukan Allah dengan Bulan Ramadhan plus 1 Syawal dengan suka cita. Semua berseru bertakbir menyambut hari nan fitri. Tapi gimana dengan keadaan saudara-saudara kita di Gaza yaa. Jangankan untuk membeli baju baru. Mungkin memasak saja mereka tak sempat. Sungguh, apa yang terjadi di Gaza sangat jauh berbeda dengan apa yang terjadi di negeri kita. Disaat malam takbiran sebagian besar masyarakat kita keluar rumah untuk menghadiri takbir keliling, pawai, atau apalah namanya, disertai dentuman mercon dan kembang api. Disaat yang sama saudara-saudara kita sedang merasakan kecemasan yang sangat. Bagaimana tidak, serangan meriam bisa saja tiba-tiba menimpa mereka. Tak kenal waktu, tempat, maupun siapa saja yang akan menjadi korbannya. Sekalipun itu anak-anak kecil yang tak berdosa.

So, apa yang harus kita lakukan? Sebagai muslim yang baik. Bagi kita sebagai rakyat sipil, no pemerintah atau militer yang tak memiliki kekuatan apa-apa. Doa dan sumbangan materi-lah yang paling utama kita berikan kepada mereka. Rasanya tidak tega jika kita harus bermewah ria, baik makanan, pakaian, dll sementara di negeri seberang sana saudara-saudara kita sedang merana. Saya pun sampai tak sanggup membayangkan seperti apa cara mereka merayakan Idul Fitri ini. Dengan tawa, senyuman atau malah sebaliknya, kesedihan dan tangisan yang menyesakkan dada.


Pura – Pura Rindu Ramadhan

Semua pasti bersuka-cita kan dalam menyambut Idul Fitri? Masa’ enggak sih. Eiit, tapi tunggu dulu. Denger-denger ada yang mau balas dendam nieh. Upps, balas dendam apa yaa. Itu looh apa yang nggak bisa dilakukan pas puasa kini sudah bisa dilakukan kembali setelah lebaran. Nah loooh. Memang ada hadist nya bahwa selama bulan Ramadhan, syathon-syaithon besar sedang di belenggu. Tapi buka berarti kehidupan di bulan Ramadhan bebas dari maksiat. Namun kadarnya yaa lumayan menurun. Hal ini juga bisa dilihat dari ‘aman’ nya proses Pemilu kemarin. Karena santer terdengar kalo tanggal 22 Juli bakal terjadi kerusuhan atau pengerahan massa apa lah namanya. Tapi alhamdulillah, so far so good walau ada riot sedikit. Tapi secara umum aman. Mungkin inilah hikmah dari Ramadhan, manusia lebih sabaar yaa.

Duuh senengnya nggak ketulungan lebaran bisa kumpul sama keluarga, bisa maaf-maafan, apalagi dapet salam tempel. Aseeek, kantong jadi tebel neeh. Looh, katanya sedih kalo Ramadhan pergi? Kok malah seneeeng. Hehe. Hayoo jangan-jangan yang dirindu selama ini bukan Ramadhannya, tapi Lebarannya? Hayooo ngakuu? *DOOR


A New Born Day

28 Juli 1992, it’s my birthday. Betul, saya lahir tanggal itu. Tapi kalo hari ini 28 Juli 2014 bukan hari lahir saya, tapi hari Idul Fitri 1435 H. Karena hari lahir saya 22 tahun yang lalu. Masa’ hari kelahiran saya di ulang-ulang, kapan besarnya! Haha. *Sluuup.

Tak ada pesta perayaan ultah hari ini, lagian saya juga nggak hobi pake tiup-tiup lilin segala. Mending tiup mercoon. *Kabuuur. Apalagi kalo si Citra nyanyi, pasti lagunya bukan Happy Birthday To You. Tapi Happy Birthday Tu Yul. Mana tuh anak, kangen juga sama suaranya yang merdu kayak mesin bubut. Haha. *Pisss. And then, hanya ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah Dia berikan selama 22 tahun ini. Dan bersabar atas ‘sakit’ yang saya rasakan di hari lebaran ini. Aduuh booo’, lebaran gene kena cacar. *Kedip-kedip mata. Tapi tak mengapalah. Laa ba’sa thohuurun insyaAllah. Aaamiin. Semoga Allah mengangkat dosa saya yang belum sempat terangkat di bulan puasa kemarin.

Yang paling penting itu bukan seberapa panjang usia kita, tapi seberapa baik kualitas hidup kita. Buat ibadah kepada Allah dan menjadi manusia bermanfaat buat manusia yang lain. Kan kece tuh hidup kita, kalo muda mulia, tua bahagia, mati masuk surga. Hayoo siapa yang mau ikut, daftar ke sayaa. Hubungi ketuplak : Cek Noer. CP : 0899444xxx. Maaf nomer yang anda tuju sedang direnovasi. Haaah.

Cek Noer
Palembang, 28 Juli 2014

Selasa, 08 Juli 2014

DUNIA TANPA LELAKI









Dunia Tanpa Lelaki . . . tak terhitung sudah berapa kali saya mendengar kata-kata ini dari bibir manis sahabat saya, Kak Dezrina. Dunia yang mengantarkan ia pada titik nadirnya, dunia yang memutarbaikkan rotasi hidupnya, dunia yang mengantarkan ia kepada dunia yang baru.

Dunia Tanpa Lelaki, yang kukira adalah dunia kekecewaan wanita terhadap kekasihnya, dunia kesedihan seorang anak atas kepergian ayahnya, atau dunia kaum pecinta sesama wanita.

Namun, dugaan saya salah, Dunia Tanpa Lelaki adalah dunianya para wanita yang bersatu di bawah langit-langit asa. Dunia yang penuh dengan aturan dan kedisiplinan. Dunia yang menjauhkan mereka dari hiruk-pikuk dunia. Dunia yang menciptakan warnanya sendiri.

Pondok Pesantren?? Asrama Putri?? Yaa, namun ini bukanlah ponpes biasa. Ini adalah ponpes yang sangat spesial. Mereka bukanlah para santriwati yang ingin menghapalkan 30 juz Al-Qur’an, mereka juga bukan santriwati yang dicipta untuk menjadi seorang mubalighah. Tidak, tidak sejauh itu. Yang mereka harapkan hanya satu. Kapan mereka bisa keluar dari ponpes itu secepatnya.

Bukan, bukan karena santriwati itu tidak mampu mengejar target hapalannya. Atau karena mereka bosan dengan pelajaran disana. Tapi, karena mereka ingin kembali ke dunia nya semula. Dunia dimana mereka dapat merasakan kehangatan kasih dan cinta keluarganya. Dunia dimana mereka dapat tertawa riang tanpa harus meninggalkan sesak di dadanya.

Pintu besi, ini bukanlah sembarang pintu. Pintu ini adalah saksi bisu para santriwati disana. Pintu yang menjadi saksi atas kesedihan dan kebahagiaan para santriwati. Pintu yang tidak hanya memisahkan jasad, namun juga memisahkan jiwa mereka dari dunia luar.

Betapa tidak, ketika mereka masuk ke dalam pintu besi itu, dan menjadi penghuni ponpes itu, seketika dunia akan menyebutnya sebagai seorang narapidana. Tidak ada, tidak ada satu orang pun yang menginginkan untuk menjadi seorang narapidana ! Namun, inilah dunia itu, Dunia Tanpa Lelaki.

***

SELANGKAH LEBIH DEKAT

Alhamdulillah, hari ini Sabtu, 05 Juli 2014, merupakan hari yang bersejarah bagi kami, Tim Solidaritas Peduli Jilbab Palembang dan Tim GSSI. Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, kami dapat bersilaturahim kepada para penghuni LAPAS Wanita Klas 2 Palembang. Tempat dimana Kak Dezrina berinstrospeksi diri selama 25 bulan.
Pada awal masuk, saya cukup ‘terkesima’, karena saya tidak pernah menyangka bisa masuk ke tempat yang banyak ditakuti orang ini. Tempat yang hanya saya kenal dari sinetron dan film yang menggambarkan bahwa penjara adalah tempat yang sangat mengerikan.

Namun setelah saya masuk ke dalam, prasangka saya berubah. Semua ini tidak seperti yang saya pikirkan. Tidak ada penyiksaan, tidak ada pengeroyokan, dan tidak ada tangisan. Yang tampak adalah senyum-senyum manis dan sapaan hangat dari para penghuni lapas. Walaupun mata mereka tak bisa bohong bahwa mereka menyimpan luka di dalam dada.

Pada kesempatan ini saya diamanahkan menjadi MC Acara oleh TIM SPJ, awalnya saya sedikit grogi karena saya khawatir akan melakukan kesalahan dalam berucap. Karena sebelumnya saya tidak pernah berbicara didepan para narapidana. Tapi alhamdulillah, pada sesi kedua saya sudah bisa mengontrol grogi saya, karena saya terharu dengan tatapan mereka yang begitu antusias memperhatikan apa yang kami sampaikan.

Menatap wajah teduh mereka, saya hampir menangis, teringat ibu dirumah, sedih karena mereka tidak bisa merasakan seperti apa yang kami rasakan. Mereka, yang seharusnya berceloteh dengan anak-anak mereka, sahur bersama, buka bersama, tarawih bersama. Sebuah kesempatan manis yang sangat dirindukan oleh setiap keluarga. Tapi apa daya, takdir Allah berkata lain. Semoga Allah mengangkat derajat mereka atas kesabarannya.

Acara ini diawali dengan tilawah Al-Qur’an yang dibacakan oleh salah satu penghuni lapas. MasyaAllah, tilawahnya bagus sekali. Hati ini berkata, rasanya tidak pantas orang seperti ini menjadi penghuni disini. Lebih tepat beliau menjadi seorang guru ngaji.

Lalu, sambutan dari Kak Dezrina, selaku alumni dari lapas ini. Beliau menyampaikan motivasi kepada para penghuni lapas agar tetap bersabar dalam menjalani masa tahanan disini. Satu pesan yang paling menarik dari Kak Dez yaitu, jika mereka telah keluar dari lapas ini. Jangan pernah melupakan teman-teman yang masih berada dilapas. Kunjungi, dan berikan bantuan sesuai kemampuan.

Kemudian sambutan dari Tim GSSI yang diwakili oleh Mbak Ratna. Seharusnya setelah ini yaitu sambutan dari Kalapas, namun karena ada sedikit kendala, kesempatan langsung diberikan kepada KH. Abdul Karim Subki yang tidak lain adalah paman Kak Dezrina untuk menyampaikan ceramah.

Alhamdulillah, tema ceramah yang di ambil oleh Sang Ustadz sangat tepat dengan keadaan para penghuni lapas, yaitu mengenai kisah Nabi Yusuf, seperti kita ketahui bahwa Nabi Yusuf pun pernah mendekam di dalam penjara. Kemudian berkat kesalehannya, Allah SWT mengangkat derajatnya dan menjadikan ia seorang Raja. Selain menyampaikan ceramah Ustadz juga memimpin do’a bersama.

Selanjutnya, kami memberikan kesempatan kepada Ibu Endang yang mewakili sambutan Kalapas. Dan disusul oleh sambutan Ketua Umum Gerakan Seribu Sehari (GSSI), Kak David. GSSI adalah sebuah gerakan sosial yang mengajak masyarakat untuk bersedekah. Kemudian GSSI akan menyalurkan donasi dari para donatur kepada orang-orang yang membutuhkan, salah satunya contohnya di lapas ini.

***

BUKA BERSAMA

Akhirnya waktu berbuka tiba. Kurma, kolak, dan secangkir air putih adalah menu ta’jil kami kali ini. Sederhana namun penuh dengan cinta. Hehe. Kemudian kami sholat berjamaah bersama para pengehuni lapas. Lalu memberikan donasi kepada para penghuni lapas.

Alhamdulillah, kami menyadari bahwa kehadiran kami disini tidak begitu memberikan banyak perubahan terhadap keadaan mereka. Namun setidaknya, kami bisa memberikan semangat kepada mereka bahwa masih banyak orang-orang yang menyayangi mereka dan mengharapkan kehadiran mereka untuk kembali ditengah-tengah keluarganya. Dan kami juga mendapatkan banyak pelajaran dari kunjungan kami hari ini. Yaitu untuk lebih banyak bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kami, dan bersabar apabila mendapat ujian.

Ada momen yang cukup menarik setelah kami keluar dari pintu besi, seketika kakak-kakak GSSI mengeluarkan banyak makanan ta’jil dari mobilnya. Wah-wah ternyata mereka bawa banyak bekal, kebetulan perut saya masih laper, langsung deh merapat untuk meminta apa yang bisa disantap, eh tapi ternyata bukan hanya saya yang laper, temen-temen yang lain juga. Lengkaplah hari ini, buka bersama duduk lesehan di depan pintu lapas. Kereeen!

Pasti semua pada penasaran apa yang menyebabkan Kak Dezrina bisa masuk kedalam lapas ini. Silahkan anda follow facebooknya ‘Dezrina Ribhun’ atau twitternya @twelvedezrina. Oh iya, belum lama ini Kak Dez telah mengeluarkan buku antologinya yang berjudul ‘Dunia Tanpa Lelaki’. Kisah menarik para wanita dibalik jeruji besi. Don’t miss it !


Palembang, 05 Juli 2014
Salam Manis : Cek Noer