Jumat, 31 Oktober 2014

Masjid Cheng Ho : Jejak Silaturahmi Armada China



Jalur sutra laut yang digariskan pada peta perjalanan akbarnya menempatkan Palembang pada posisi yang mau tak mau harus dilalui, bahkan dikunjungi. Kedatangannya ke Palembang bukan sebuah kebetulan. Dahulu, Palembang diperkirakan sebagai basis dari pemerintahan Kerajaan Sriwijaya yang masih memiliki keterkaitan kekuasaan dari Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Sebelum mendatangi Palembang, Cheng Ho, seorang admiral yang diutus oleh Kaisar Ming III, Cheng Cu yang bergelar Yung Lo dan beragama Islam, mengadakan misi silaturahmi dan kenegaraan dengan Majapahit. Tak heran, kedatangannya disambut gembira dan mendapatkan penerimaan yang kondusif bagi penyebaran agama Islam oleh Tionghoa di Indonesia. Berdirilah musala-musala yang hingga kini sudah lebih banyak dijadikan masjid besar dan tak ayal lagi nama Cheng Ho disematkan sebagai pengingat bahwa jasanya bagi Islam di Nusantara tertoreh selamanya.

Jalur sutra tak hanya dibina di daratan. Lautan adalah jalur yang dimanfaatkan oleh mereka yang berjiwa besar berpredikat pelayar. Setelah Kaisar Ming II memberikan jabatannya pada Cheng Cu dan memilih menjadi seorang sufi di tanah Mekah, negeri China yang pernah dikuasai oleh pemerintahan kaisar Islam, membukakan misi silaturahminya ke seluruh negeri, terutama Timur Tengah. Bagi Cheng Ho, dan bangsa China umumnya, membina sesuatu tak pernah berpatok di pertengahan. Selalunya mereka membuat hal besar dan lebih besar dari yang pernah ada. Dikatakan dari berbagai referensi, bahwa kapal Christopher Columbus pun harus mengakui kesederhanaan ukurannya dibandingkan dengan perahu raksasa yang digunakan Laksamana Cheng Ho.

Tersebutlah sebuah gerombolan perompak berkebangsaan China yang menguasai Palembang dan meresahkan para pedagang. Hal ini dideteksi Majapahit dan juga Sriwijaya.Tahun 1403 atau ada yang menyebutnya 1407, Cheng Ho datang ke Sriwijaya, menumpas Chen Tsu Ji, kepala perompak asal Kanton yang dahulunya pun seorang admiral yang lari dari China saat kekaisaran Ming berdiri. Chen TsuJi menyebut daerah di sekitar Palembang tempat ia berkuasa sebagai Po Lin Fong, atau Pelabuhan Tua. Begitu dekat pelafalan ‘Po Lin Fong’ dengan ‘Pa-Lem-Bang’. Itukah asalnya? Atau Chen TsuJi hanya meneruskan nama yang sudah ada sebelumnya, tak pernah benar-benar dapat dipastikan.

Masjid Cheng Ho yang ada di Palembang saat ini memang tak berdiri sejak 600 tahun silam. Karena usulan dari masyarakat Tionghoa di Palembang, kemudian didukung oleh para sesepuh Tionghoa dan juga para ulama, terutama Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Sumatera Selatan, maka pembinaan masjid yang bernama lengkap “Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho Sriwijaya Palembang” dilakukan September 2005 saat diletakkan batu pertama. Untuk pertama kalinya, salat Jumat secara umum dilakukan tanggal 22 Agustus 2008.

Berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter persegi, masjid ini dapat menampung jemaah sebanyak 600 orang, walau kenyataannya sekitar 1.500 orang pun dapat diakomodir kompleks ini. Dengan gaya arsitektur gabungan antara unsur lokal Palembang, China, dan Arab, masjid ini sudah banyak dikunjungi oleh peziarah dari Malaysia, China, Singapura, Taiwan, dan Rusia. Selain sebagai masjid, bangunan ini kerap kali digunakan untuk menggelar kegiatan kemasyarakatan. Jiwa dan semangat ‘Sang laksamana besar’ masih ada, dimana misi Cheng Ho dahulu kala pun untuk menciptakan perdamaian dunia, menyebarkan risalah Islam dan juga memperkenalkan Dinasti Ming sebagai pengikut utusan surga.

Letak masjid ini tepatnya di Perumahan Amin Mulia, Jakabaring, 3 kilometer dari Kota Palembang dan tak mungkin terlewatkan karena warna merah mendominasi seluruh bangunan juga tambahan warna hijau giok khas China. Perpustakaan, ruang sidang, rumah imam masjid, dan sebuah kantor administrasi sudah berdiri sebagai bagian dari kompleks masjid yang banyak mengundang peziarah yang ingin mengenal sejarah Islam di Indonesia, lewat salah satu masjid Cheng Ho dari tiga masjid yang mana kedua lainnya ada di Surabaya dan Pasuruan. Masjid ini memiliki kaitan sejarah mancanegara, sehingga mempelajarinya menjadi penting. Datang dan kunjungi Masjid Cheng Ho, di Kota Palembang!


Source :  http://www.indonesia.travel/id/destination/374/palembang/article/91/masjid-cheng-ho-palembang-jejak-silaturahmi-armada-china

Lihat dalam Peta

Masjid Cheng Ho Palembang:Jejak Silaturahmi Armada China

Destinasi Terkait

Cari

Food Combining Ala Rasulullah



Sebuah pepatah Arab menyatakan “Kesehatan adalah mahkota tak terlihat, dan tidak ada seorang pun yang dapat melihatnya, kecuali mereka yang sakit”. Siapapun kita, pasti mendambakan hidup sehat, yakni terhindar dari berbagai macam penyakit baik lahir maupun batin. Umumnya manusia baru sadar betapa berharganya kesehatan saat terserang suatu penyakit. Manusia lalu sibuk berobat ke sana kemari meski dengan biaya mahal sekalipun. Padahal, sejak dahulu Rasulullah mengingatkan agar kita menjaga kesehatan sebelum datangnya penyakit (preventif). Beliau mengajarkan untuk mencegah kemunculan penyakit daripada mengobatinya. Terbukti, selama hidupnya, Rasulullah sakit tak lebih dari tiga kali. Di tengah tugasnya yang begitu berat sebagai pemimpin negara, panglima perang, kepala keluarga, ayah, suami, dan sebagainya, tetapi beliau tetap memiliki badan yang bugar dan prima.

Rasulullah adalah teladan yang sempurna dalam hal menjaga kesehatan. Tidak hanya kesehatan secara jasmani, tetapi juga mental, spiritual, dan sosial (sehat secara holistik). Berbagai perilaku Rasulullah, seperti aktivitas fisik, olahraga, dan pola makan banyak dipelajari oleh ahli-ahli kesehatan saat ini. Diantara berbagai hal tersebut, ada beberapa fakta menarik mengenai kebiasaan Rasulullah terkait pola makan, salah satunya adalah mengenai food combining

Apa itu Food Combining (FC) ?



Pola makan alami yang menjadi dasar FC sebenarnya sudah lama dikenal manusia. Orang pertama yang mempopulerkan pola makan ini adalah Dr. William Howard Hay, ahli bedah ternama pada tahun 1920-an di AS. Dr. Hay sendiri telah membuktikan bagaimana penyakit ginjal kronis, pembengkakan jantung, dan tekanan darah tinggi yang dideritanya selama bertahun-tahun sembuh hanya dalam tiga bulan setelah menjalani pola makan FC. Bahkan seperempat bobot tubuhnya yang hampir mencapai 100 kg juga lenyap bersama penyakit-penyakitnya. Itulah sebabnya ia berkesimpulan bahwa kesehatan dan vitalitas seseorang sangat bergantung pada pola makannya. Lalu apa bedanya FC dengan pola makan 4 Sehat 5 Sempurna yang mengutamakan keseimbangan gizi? Pada dasarnya hampir sama. FC tetap mempertahankan pola makan 4 Sehat 5 Sempurna. Hanya saja, FC memperhitungkan siklus pencernaan tubuh manusia, yakni pencernaan-penyerapan-pembuangan, yang ternyata berlainan intensitasnya pada pagi, siang, dan malam. Selain itu, dalam FC juga diperhitungkan sifat asam-basa makanan, sehingga ada kombinasi-kombinasi makanan tertentu yang tidak dianjurkan, karena menghambat kelancaran kerja pencernaan tubuh.

Berdasarkan penelitian ekstensif tentang siklus fisiologi, ditemukan bahwa setiap fungsi tubuh memiliki irama aktivitas biologi yang bekerja secara sistematis dalam siklus atau putaran 24 jam tanpa henti. Proses pencernaan sendiri terdiri dari tiga siklus yang didasarkan pada tiga fungsi tubuh, yaitu menyerap (sari-sari makanan), mencerna (zat-zat makanan), dan membuang (sampah-sampah makanan). Meskipun ketiga fungsi tersebut bekerja aktif secara simultan (terus-menerus), setiap delapan jam sehari masing-masing lebih intensif dibandingkan siklus-siklus lainnya.

  1. Siklus pencernaan sangat intensif antara pukul 12.00 dan pukul 20.00. Pada siklus ini energi tubuh lebih banyak dipusatkan ke fungsi pencernaan. Sepanjang siklus ini merupakan saat yang tepat untuk mengisi lambung dengan makanan padat.
  2. Siklus penyerapan berlangsung sangat intensif antara pukul 20.00 dan pukul 04.00. Sepanjang siklus ini terjadi proses penyerapan sebagian besar zat-zat makanan yang sudah tercerna dan pembagian zat-zat makanan ke seluruh bagian tubuh. Oleh karena itu, tidur terlambat atau makan larut malam dapat mengurangi pasokan energi yang diperlukan untuk proses penyerapan. Hambatan pada salah satu siklus dapat mengacaukan siklus-siklus berikutnya.
  3. Siklus pembuangan sangat intensif terjadi antara pukul 04.00 dan pukul 12.00. Pada siklus ini, energi akan lebih banyak dipakai untuk membantu proses pembuangan. Sampah akan lebih banyak dikeluarkan dalam siklus ini. Banyak orang mengeluh tidak mempunyai nafsu makan pada pagi hari, tapi tidak menyadari bahwa ini adalah hal sangat alami. Tubuh sedang melalui siklus pembuangan, maka tubuh tidak terlalu membutuhkan makanan padat (misalnya nasi dan daging) yang sulit dicerna dalam kurun waktu tersebut. Hal ini akan mengacaukan proses pembuangan karena kekurangan energi.

Bagaimana Food Combining (FC) ala Rasulullah ?

Jauh sebelum teori Food Combining ditemukan, ternyata 14 abad silam, Rasulullah telah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Prof. Dr. Musthofa Rimadhon memberikan beberapa gambaran pola hidup sehat Rasulullah berdasarkan berbagai riwayat yang bisa dipercaya, sebagai berikut:

  1. Asupan awal kedalam tubuh Rasulullah adalah udara segar pada waktu subuh. Beliau bangun sebelum subuh dan melaksanakan qiyamul lail. Para pakar kesehatan menyatakan, udara sepertiga malam terakhir sangat kaya dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain, sehingga sangat bermanfaat untuk optimalisasi metabolisme tubuh. Hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap vitalitas seseorang dalam aktivitasnya selama seharian punuh.
  2. Di pagi hari pula Rasulullah saw membuka menu sarapannya dengan segelas air dingin yang dicampur dengan sesendok madu asli. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi untuk membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus dan menyembuhkan sembelit, wasir dan peradangan.
  3. Masuk waktu dhuha (pagi menjelang siang), Rasulullah senantiasa mengonsumsi tujuh butih kurma.
  4. Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun. Selain itu, Rasulullah juga mengonsumi makanan pokok seperti roti. Manfaatnya banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang, kepikunan di hari tua, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol dan melancarkan pencernaan. Roti yang dicampur cuka dan minyak zaitun juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu tubuh di musim dingin.
  5. Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayur-sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit.
  6. Rasulullah saw tidak langsung tidur setelah makan malam. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan baik sehingga mudah dicerna.

Fakta-fakta di atas menunjukkan pola makan Rasulullah ternyata sangat cocok dengan irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan disebut circadian rhytme (irama biologis). Inilah yang disebut dengan siklus alami tubuh yang menjadi dasar penerapan Food Combining (FC).
Selain itu, ada beberapa makanan yang dianjurkan untuk tidak dikombinasikan untuk dimakan secara bersama-sama. Makanan-makanan tersebut antara lain:
  1. Jangan minum susu bersama makan daging.
  2. Jangan makan ayam bersama minum susu.
  3. Jangan makan ikan bersama telur.
  4. Jangan makan ikan bersama daun salad.
  5. Jangan minum susu bersama cuka.
  6. Jangan makan buah bersama minum susu

Rasululah SAW pernah mengingatkan bahwa jangan pernah makan ikan bersama susu, karena akan cepat mendapat penyakit. Hal ini terbukti karena para ilmuwan menemukan bahwa daging ayam mengadung ion positif, sedangkan susu mengandung ion negatif. Oleh karena ion yang berlawanan, maka akan terjadi suatu reaksi yang bisa merusak anggota pencernaan. Rasulullah pun pernah mengingatkan kita untuk tidak makan makanan yang berasal dari laut dan darat secara bersamaan. Belakangan ini diketahui bahwa ternyata kedua jenis makanan tersebut memiliki tingkat kelarutan yang berbeda.

Rasulullah adalah seorang yang tidak dapat membaca dan menulis. Namun, bagaimana seseorang dengan kekurangan seperti itu dapat menerapkan prinsip keseimbangan asam basa dalam pola makannya sehari-hari?? Sungguh ini adalah salah satu kebesaran Allah yang diberikan kepada nabi Muhammad. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam, harus menyadari betapa pentingnya sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membuktikan bahwa agama dan ilmu pengetahuan dapat berjalan beriringan, bukan berlawanan.


Source :  http://nuranifkm.ui.ac.id/index.php/artikel/106-food-combining-ala-rasulullah

Rabu, 15 Oktober 2014

Ladang Surgaku







Apa yang terlintas di benakmu ketika kau mendengar kata “Ayah” dan “Ibu”? Ayah, sesosok manusia yang kuat, tegas, dan sebagai pencari nafkah keluarga. Ibu, sesosok manusia yang lembut, penyabar, dan penuh kasih sayang.

Ya, itulah orang tua kita. Hebat bukan? Nah sekarang mari bersama-sama kita buat pertanyaan untuk mereka, “Apa kabar Yah? Apa kabar Bu?”. Pertanyaan yang pendek dan ringan di ucapkan namun mengandung banyak makna di dalamnya.

Sebagai seorang anak, jika ditanya. “Apakah kamu mencintai kedua orang tuamu?” Dengan spontan kita akan menjawab, “Pasti”. “Lalu pembuktian cinta kepada orang tua itu seperti apa sih?”. Akan ada yang menjawab, “Menuruti semua perintahnya, tidak membuat mereka susah, memberikan yang terbaik, dll.” Lalu seberapa besarkah cintamu kepada mereka?. Sebesar gunung-kah, atau sebesar jagat raya ini?

Kasih anak sepanjang papan kasih ibu sepanjang jalan. Kasih anak sepanjang koran kasih ayah sepanjang lautan. Artinya, kasih yang diberikan seorang anak belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kasih yang diberikan orang tua. Tak akan terbanding sampai kapanpun.

Mari kita baca dan renungi firman Allah, Dan Kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah serta menyapihnya dalam dua tahun. Agar bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orangtua kalian. Hanya kepada-Ku lah kamu kembali.” (Q.S. Luqman: 14)

Hal ini juga dikuatkan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata : saya bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Amalan apa yang paling dicintai Allah? Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Shalat tepat pada waktunya, saya bertanya lagi  : kemudian apa lagi ? Nabi menjawab : berbakti kepada kedua orang tua. saya bertanya lagi : kemudian apa lagi ? Nabi menjawab : berjihad dijalan Allah.“ (HR.Bukhari dan Muslim)

Sahabat, sudah sejauh manakah kasih dan sayang yang telah kita berikan kepada mereka? Atau bahkan kita belum memberikan apa-apa kepada mereka? Yang telah mengasuh, menyusui, mendidik, menyekolahkan, memberikan pakaian, dll. Bisakah kita membayar lunas atas jasa-jasa mereka yang telah lalu? Tentu tidak akan pernah bisa.

Sahabat, mungkin kisah dibawah ini bisa menjadi renungan kita bersama bahwa kita harus memberikan kasih dan sanyang dalam porsi yang besar kepada kedua orang tua kita dibandingkan dengan orang lain.

Sebut saja namanya, Fulan. Fulan adalah seorang anak laki-laki yang hidup dalam serba berkecukupan. Baik dalam kasih sayang maupun materi. Apapun yang Fulan inginkan selalu dituruti kedua orang tuanya. Kemudian usia Fulan memasuki masa pubertas, lalu Fulan pun berkeinginan untuk memiliki seorang pacar. Beberapa bulan kemudian, Fulan memiliki seorang pacar. Suatu hari mama Fulan, meminta Fulan untuk mengantarkannya ke pasar. Namun Fulan selalu saja mencari alasan tidak bisa mengantarkan mama-nya ke pasar. Di lain waktu Fulan di telpon pacar-nya untuk mengajaknya jalan-jalan ke Mall, dengan secepat kilat Fulan beranjak pergi untuk mengantarkan pacarnya.

Sebut saja namanya, Fulanah. Fulanah baru saja memiliki seorang pacar. Sebagai pasangan baru, tentu dia ingin memberikan yang terbaik untuk pacarnya. Baik berupa kasih sayang maupun yang bersifat materi. Beberapa minggu lagi, pacar Fulanah akan berulang tahun. Dan sejak jauh-jauh hari Fulanah sudah memikirkan, kado spesial seperti apa yang akan ia persembahkan untuk pacarnya. Sampai-sampai Fulanah membuka –celengannya-  demi membelikan kado spesial untuk pacarnya. Dalam waktu yang sama, Ayah Fulanah sedang ditimpa musibah. Lalu ayah Fulanah mencoba untuk meminjam uang dengan Fulanah, dengan santai Fulanah menjawab tidak memiliki uang.

“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku di waktu kecil'.” (QS. Al-Isra : 23-24)

Pesan-Pesan yang Terkandung dalam QS. Al-Isra’ ayat 23-24
  1. Mengesakan Allah SWT adalah pesan Tuhan yang paling penting.
  2. Berbakti kepada orang tua adalah salah satu sifat mengesakan Allah.
  3. Perintah agar berbakti kepada orang tua, derajatnya sejajar dengan perintah mengesakan Allah.
  4. Generasi muda dan orang tua sepatutnya membangun hubungan dengan landasan iman.
  5. Berbakti kepada orang tua, tidak disyaratkan bahwa orang tua harus muslim.
  6. Berbakti kepada orang tua harus dilakukan oleh seorang anak tanpa perwakilan.
  7. Berbakti bisa berarti mencintai, mendidik, menghargai, dan berkomunikasi dengan baik.
  8. Doa anak terhadap orang tua sangat mustajab.
  9. Orang tua harus mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang.
  10. Manusia harus menghargai para pendidiknya.
Sahabat, dapat dipastikan orang tua kita tidak akan pernah meminta balas jasa atas apa yang mereka berikan kepada kita. Mereka melakukan semuanya ikhlas karena cinta yang Allah hadirkan di hati-hati mereka. Tapi, yakinlah mereka sangat mengharapkan kita dapat memberikan yang terbaik buat mereka. Dapat menjadi anak yang membanggakan di dunia dan mengantarkan mereka ke surga Allah.

Sahabat, selagi orang tua kita masih hidup. Mari kita muliakan mereka seperti yang telah di jelaskan di dalam Alqur'an dan yang telah di contohkan oleh Rasulullah. Berbuat baik kepada kedua orang tua dengan harta, wibawa (kedudukan), dan bantuan fisik. Adapun setelah meninggal, maka cara berbaktinya adalah dengan:

1. Mendo’akan dan memohonkan ampunan bagi mereka.
2. Melaksanakan wasiat mereka.
3. Menghormati teman-teman mereka.
4. Memelihara hubungan kerabat orang tua.

Cek Noer
Palembang, 16 Oktober 2014