Sabtu, 03 Mei 2014

High Quality Jomblo

Begini pak, “Sepertinya saya tidak akan lama lagi di kantor ini?, ujarku. “Loh kenapa? Kamu mau menikah ya?, sahut manajerku, seolah beliau kaget dengan apa yang baru saya sampaikan. Inilah salah satu kalimat yang paling saya ingat ketika saya menyampaikan pengunduran diri saya kepada manajer saya.

“Ibu, dia itu temen kecilku waktu SD. Kok cepet banget yah nikahnya.” Jawabku saat Ibu menyampaikan bahwa ada teman kecilku yang mau menikah. Lalu Ibu pun menjawab, “Lah emang usianya udah cukup buat nikah, dasar kamunya aja yang nggak nyadar.” Saya pun menimpali dan sambil mikir, “Emang iya yaa bu, umur kami kan baru sekitar 22 tahun, ah itu mah kemudaan, kecepetan. Ibu menjawab lagi, “Umur 22 mah udah cukup buat nikah.” Dan saya pun merenung emang iya gitu?.

Waktu itu saya dan kedua rekan kantor saya (Tika dan Yoan) jalan-jalan ke mall. Dan apa yang mau mereka beli? Jaket. Jaket buat siapa nich, buat ‘darling’ mereka tentunya. Dan saya pun harus menahan rasa ketika mereka berkata, “Nah, kalo Cek Noer mau beli apa?. Dan saya pun menjawab,”Waduh jeng, kalo saya mah enak beliin baju koko buat ayah, ya iyalah emang siapa yang mau saya beliin. Kekasih tak punya, kakakpun tiada.” Alasan, padahal waktu itu saya lagi nggak bawa duit. Haha

Suatu saat ibu saya berkata, “Yul, kira-kira ibu nemuin nggak ya pas kamu kawin nanti?”. Wadaau, seketika saya kaget, sedih dan gelabakan mau jawab aja. Sedikit menarik nafas dan menjawab ala Mario Teguh. “Ibu, tugas utamaku bukan memberikan ibu seorang menantu, tapi mengantarkan ibu ke surga. Itu kan tugas seorang anak?”. Lalu ibu pun menjawab, “Oh iya ya, makanya jangan lupa do’ain ibu setiap sholatmu.” Hem, padahal ini jawaban untuk mengalihkan pembicaraan supaya ibu nggak bahas masalah-masalah kayak gini. Agak gimana gitu.

“Mana nich oom nya Zaki, kok tantenya sendirian mulu?”. “Mbak kapan mau nikah? Sapa adik tingkatku. Kapan nieh adek mau nyusul, kompor Mbak Amel, yang baru aja melangsungkan pernikahan. Dan sederet pertanyaan-pertanyaan lain yang sering membuat saya jadi geregetan. Kalo saya punya kuku panjang, tak cakarin nich orang satu-satu. Haha

Beberapa kejadian diatas, cukup membuat tensi saya naik. Air mana air!. Mengapa tidak, sepertinya saya sedang di provokasi oleh kicauan orang-orang disekitarku. Belum genap satu semester saya menyelesaikan Diploma saya, saya sudah ditimpuki dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Tapi yaah woles aja laah. Wajar-wajar, udah 22 tahun gini. Hehe

Tapi....emang usia 22 tahun udah masuk hitungan wajib nikah yach? Enggak kan bro and sist?. Jadi yaa santai ajaa. Saya pun masih merasa 5 tahun lebih muda dari usia saya yang sebenarnya, berasa masih 17 tahun gitu. Hehe. Dasar nggak tau diri. Haha

Yap, sepertinya saat ini perbincangan tentang pernikahan sedang menjadi topik hangat di sekitar saya, teman-teman sebaya saya terutama, apalagi ketika saya membuka medsos saya, waduuh bejajar tuh di wall bahasan tentang pernikahan. Mulai dari yang memberi nasihat tentang cara mencari jodoh, wasiat pernikahan, sampai-sampai ada yang curhat masalah rumah tangga barunya, pokoknya segala kejadian di rumah mau di curhatin di medsos (yang satu ini kayaknya lebay bingiit). Katanya sich niatnya mau memotivasi temen-temen yang lain, tapi kalo udah berlebihan, nggak bagus juga keles.

Okay baiklah, sekarang kita akan membahas mengenai High Quality Jomlo, what does it mean? Pada penasaran kan? Makanya ikutin terus tulisan Cek Noer sampai habis yaach. High Quality Jomlo maksudnya adalah Jomblo Berkualitas Tinggi, waduuh kayak gadget aja ya. Laa iya dong, emang mau jadi jomblo yang nggak berkualitas? Emang cuma pernikahan aja yang Samara (Sakinah-Mawaddah-Warohmah). Yang jomlo juga nggak boleh kalah dong, yang jomlo harus Samarata (Sabar-Menanti-Pangeran-Cinta). Cimiiw. Hiihi

Nah jika dihubungkan dengan “provokasi-provokasi” yang saya dapatkan di atas. Mungkin bukan cuma saya aja ya yang pernah mendapatkan bisikan-bisikan halus nan tajam seperti itu. Hiks hiks sungguh menyayat hati, lebay mode on. Atau bahkan sahabat, pernah juga mendapatkan bisikan yang jauh lebih tajam dari tajamnya celurit sawah. Maka prinsip Samarata harus ditegakkan degan adil dan bijaksana oleh para Jomblo-ers.

Guys, pernah baca ini kan. “Rejeki, Jodoh, Maut, sudah ditentukan.....”

Rezeki setiap hamba telah dijamin oleh Allah. Allah pun telah menetapkan kadar dan takaran bagian atau porsi rezeki tiap hamba (Lihat QS. Hud [11]: 6)

Dan Kami menciptakan kalian berpasang-pasangan.(QS. An-Naba’ [78] : 8)

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (QS. Ali Imran [3]: 145).

Oleh karena itu, kita tak perlu khawatir dengan apa yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa. Nah yang harus dikhawatirkan adalah dengan cara apa kita mendapatkan ketiga itu. Pertama, rejeki, setiap manusia rejekinya sudah ditentukan oleh Allah. Jadi tugas kita adalah bagaimana cara mendapatkan rezeki tersebut, dengan cara yang baik dan halal tentunya. Karena yang kita harapkan bukan banyaknya jumlah, tapi keberkahannya yang paling utama. And yang ke dua, jodoh. “Kamu adalah seperti apa jodohmu.” Yuk kita baca firman Allah SWT...

“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

Nah, janji Allah itu pasti. Jangan ada keraguan atasnya. So, sekarang tugas kita adalah bagaimana caranya mendapatkan jodoh yang baik, tentunya semua harus dimulai dari diri kita sendiri. Jika kita berusaha menjadi pribadi yang baik, insyaAllah jodoh kita pun akan 11-12 dari kita. Nggak jauh-jauh beda laah. Nah yuk mari kita perbaiki diri supaya kita bisa jodoh yang baik juga.  Jadi jangan galau yaa, jika udah berusaha tapi belum dapet juga. Ini hanya masalah waktu. Keep Samarata! ^_^ Nah kalo maut, pasti maunya khusnul khotimah kan?


Teruntuk sahabatku Muslimah yang sedang menanti jodoh, aku juga. Hehe. Yuuk mari kita isi hari-hari kita dengan aktifitas yang bermanfaat. Baik bermanfaat buat diri kita sendiri, maupun orang lain yang ada di sekitar kita. Untuk diri sendiri, selain menggenapkan ibadah wajib, tak lupa ditambah dengan ibadah-ibadah sunnah untuk menambah kesempurnaan ibadah kita. Yaah, memperbaiki diri dan meningkatkan hubungan kita dengan Allah. Dan untuk orang lain, mari tebarkan senyuman kepada semua wanita. Siapapun dia, tua, muda, teman dekat, baru kenal. Karena senyum adaah sedekah termurah, hehe maunya yang gratisan aja yach. Menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, sahabat, dhuafa, anak yatim, dll. Wah wah, ternyata banyak juga yaa tugas kita di dunia ini. Kalo tugas kita sebanyak ini, kok bisa-bisanya sih kita masih menggalaukan masalah jodoh?. Menggalaukan seseorang yang belum ada di samping kita. Padahal, masih banyak orang-orang disekitar kita yang butuh perhatian kita. Aduuh, nyesel banget yaa. Nah sahabat, pada mau kan dapet jodoh yang soleh?. Ya dua itu tadi kuncinya, perbaiki hablumminallah dan hablumminannas.

Ssst, saya ada tambahan nich. Tapi diem-diem aja yach. Kata guru saya, pacaran sebelum menikah itu sangat di anjurkan. Saya jadi bingung, emang pacaran seperti apa sich yang dianjurkan. Siapa tahu bisa saya terapkan. Hehe. Kata beliau seperti ini, “Nur, kalo kamu mau nikah, pacaran itu wajib dalam budaya kita, supaya orang bisa ngenali kalo kamu udah manten atau belum.” Aduuh sambil garuk-garuk kepala. “Emang pacaran seperti apa sih bu yang sangat di anjurkan itu.” Nah kalo itu terserah kamu, mau pake pacar tumbuk atau pacar arab. Kalo pacar tumbuk biasanya dicampur pake asam jawa, biar tambah merah. Tapi kalo pacar arab langsung beli aja di toko oleh-oleh haji, biasanya ada. Gubrak, cabe deeh. Bukan itu bu maksud saya pacaran yang itu tu? Sambil kedip-kedip, “Oh pacaran itu, boleh-boleh aja, yang penting nggak pegang-pegangan, ciuman, dua-duaan, telponan, smsan, chatingan, dll. “Waduh, kalo itu mah emang bukan pacaran kali, tapi kalo surat-suratan gimana?” Sambil menggoda. “Oh kalo yang itu boleh, emang kamu mau pacaran sama kakek-kakek ya?. Jiaah.

Dan ada satu lagi diskusi kece bersama dosen saya ketika selesai bimbingan Laporan Akhir kemarin, kebetulan waktu itu rame-rame dengan temen saya. Setelah bimbingan, kami sedikit mengobrol ringan dengan beliau. Dosen pun bertanya, “Mouli, setelah kuliah mau kerja dimana?. Momo menjawab, “Belum tahu pak, nanti dicari dulu”. “Kalo Nini, mau kemana?”. Nini menjawab, “InsyaAllah yang masih berhubungan dengan pariwisata pak”. “Kalo Nur gimana?. Saya pun menjawab, “Kalo saya pak, setelah saya dapet ijasah saya mau cari ijab-sah.”. Seketika semuanya tertawa karena ulah saya tersebut.

Sahabat, plis deh jangan galau. Semuanya ditanggapi dengan santai aja. Tidak semua masalah harus di internalisasi. Apalagi buat kamu yang masih muda, sekitar 20-25 tahun. Masih banyak tugas negara yang belum kita selesaikan, jika masa muda saja disibukkan dengan bergalau ria, apa jadi nya negeri ini nanti. Apa mau kita termasuk ikan mati yang terbawa arus sungai?. Cie ilee. Kayak pidato ajee.

Sahabat, mungkin ada di antara kalian yang kurang setuju dengan tulisan saya di atas. Tapi, inilah ‘jeritan hati’ saya kepada orang-orang yang saya lihat hari-harinya selalu disibukkan dengan masalah jodoh, dikit-dikit bahas nikah, konsep nikah seperti apa ya nantinya, ini dan itu. Memang tidak salah, tapi tidak kah berlebihan jika hal tersebut selalu dibahas hampir setiap hari sementara kata “ta’aruf “ aja belum saya dengar darinya.

Tidakkah lebih baik kau sibukkan hari-harimu dengan kekasih-kekasihmu yang ada selama ini. Yaitu kedua orang tuamu, adik-kakakmu, kakek-nenekmu. Apakah pernah kau pikirkan, pokoknya jika setiap ayah pulang kerja, secangkir teh hangat harus tersedia di mejanya, pernahkah kau berpikir, pokokya sebelum saya menikah, saya ingin menaikkan haji kedua orang tua saya. Dan cita-cita mulia lainnya yang ingin kau persembahkan untuk kedua orang tuamu. Kenapa kita selalu disibukkan sedang hal-hal yang belum ada tapi kita sering melalaikan orang-orang yang ada di sekitar kita?.

Rasanya tidak pantas jika kita selalu memikirkan orang-orang yang belum tentu menjadi jodoh kita, bahkan belum memberikan apa-apa kepada kita. Sekalipun orang tersebut telah memberikan sesuatu yang bisa membuatmu bahagia, tentu tak akan pernah bisa dibandingkan atas apa yang telah diberikan oleh kedua orang tuamu. Seringkali kita melihat orang-orang yang sedang kasmaran, terlalu memuji kekasih hatinya tentang ini dan itu di medsos. Coba tanya apakah pernah dia memuji orang tuanya dengan sebaik-baiknya pujian? Bahkan melebihi pujian terhadap kekasihnya tersebut?.


So, To Be High Quality Jomblo, bukan sekedar menjadi wanita yang dapat menjaga pergaulan, pandangan, tangan, kemaluan, atau menjauhkan diri dari perbuatn zina, atau hal-hal yang berhubungan dengan pejagaan diri sebelum mendapatkan jodoh. Tapi sebenar-benarnya High Quality Jomblo adalah seseorang yang dapat membagi-bagi cintanya secara proporsional. Baik sebagai hamba Allah, sebagai seorang anak, sebagai seorang adik, sebagai seorang  kakak, dan sebagai seorang sahabat.

Wise Word : “Jangan pikirkan siapa jodohku kelak, tapi pikirkanlah sudahkan aku pantas disebut sebagai wanita sholehah?”

Salam manis dari bos kecil : Cek Noer ^_^
Senin, 28/04/2014

2 komentar: