Begini
pak, “Sepertinya saya tidak akan lama lagi di kantor ini?, ujarku. “Loh kenapa?
Kamu mau menikah ya?, sahut manajerku, seolah beliau kaget dengan apa yang baru
saya sampaikan. Inilah salah satu kalimat yang paling saya ingat ketika saya
menyampaikan pengunduran diri saya kepada manajer saya.
“Ibu,
dia itu temen kecilku waktu SD. Kok cepet banget yah nikahnya.” Jawabku saat
Ibu menyampaikan bahwa ada teman kecilku yang mau menikah. Lalu Ibu pun
menjawab, “Lah emang usianya udah cukup buat nikah, dasar kamunya aja yang
nggak nyadar.” Saya pun menimpali dan sambil mikir, “Emang iya yaa bu, umur
kami kan baru sekitar 22 tahun, ah itu mah kemudaan, kecepetan. Ibu menjawab
lagi, “Umur 22 mah udah cukup buat nikah.” Dan saya pun merenung emang iya
gitu?.
Waktu
itu saya dan kedua rekan kantor saya (Tika dan Yoan) jalan-jalan ke mall. Dan
apa yang mau mereka beli? Jaket. Jaket buat siapa nich, buat ‘darling’ mereka
tentunya. Dan saya pun harus menahan rasa ketika mereka berkata, “Nah, kalo Cek
Noer mau beli apa?. Dan saya pun menjawab,”Waduh jeng, kalo saya mah enak
beliin baju koko buat ayah, ya iyalah emang siapa yang mau saya beliin. Kekasih
tak punya, kakakpun tiada.” Alasan, padahal waktu itu saya lagi nggak bawa
duit. Haha
Suatu
saat ibu saya berkata, “Yul, kira-kira ibu nemuin nggak ya pas kamu kawin
nanti?”. Wadaau, seketika saya kaget, sedih dan gelabakan mau jawab aja.
Sedikit menarik nafas dan menjawab ala Mario Teguh. “Ibu, tugas utamaku bukan
memberikan ibu seorang menantu, tapi mengantarkan ibu ke surga. Itu kan tugas
seorang anak?”. Lalu ibu pun menjawab, “Oh iya ya, makanya jangan lupa do’ain
ibu setiap sholatmu.” Hem, padahal ini jawaban untuk mengalihkan pembicaraan
supaya ibu nggak bahas masalah-masalah kayak gini. Agak gimana gitu.
“Mana
nich oom nya Zaki, kok tantenya sendirian mulu?”. “Mbak kapan mau nikah? Sapa
adik tingkatku. Kapan nieh adek mau nyusul, kompor Mbak Amel, yang baru aja melangsungkan
pernikahan. Dan sederet pertanyaan-pertanyaan lain yang sering membuat saya
jadi geregetan. Kalo saya punya kuku panjang, tak cakarin nich orang satu-satu.
Haha
Beberapa
kejadian diatas, cukup membuat tensi saya naik. Air mana air!. Mengapa tidak,
sepertinya saya sedang di provokasi oleh kicauan orang-orang disekitarku. Belum
genap satu semester saya menyelesaikan Diploma saya, saya sudah ditimpuki
dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Tapi yaah woles aja laah.
Wajar-wajar, udah 22 tahun gini. Hehe
Tapi....emang
usia 22 tahun udah masuk hitungan wajib nikah yach? Enggak kan bro and sist?.
Jadi yaa santai ajaa. Saya pun masih merasa 5 tahun lebih muda dari usia saya
yang sebenarnya, berasa masih 17 tahun gitu. Hehe. Dasar nggak tau diri. Haha
Yap,
sepertinya saat ini perbincangan tentang pernikahan sedang menjadi topik hangat
di sekitar saya, teman-teman sebaya saya terutama, apalagi ketika saya membuka
medsos saya, waduuh bejajar tuh di wall bahasan tentang pernikahan. Mulai dari
yang memberi nasihat tentang cara mencari jodoh, wasiat pernikahan,
sampai-sampai ada yang curhat masalah rumah tangga barunya, pokoknya segala
kejadian di rumah mau di curhatin di medsos (yang satu ini kayaknya lebay
bingiit). Katanya sich niatnya mau memotivasi temen-temen yang lain, tapi
kalo udah berlebihan, nggak bagus juga keles.
Okay
baiklah, sekarang kita akan membahas mengenai High Quality Jomlo, what does it
mean? Pada penasaran kan? Makanya ikutin terus tulisan Cek Noer sampai habis
yaach. High Quality Jomlo maksudnya adalah Jomblo Berkualitas Tinggi, waduuh
kayak gadget aja ya. Laa iya dong, emang mau jadi jomblo yang nggak
berkualitas? Emang cuma pernikahan aja yang Samara
(Sakinah-Mawaddah-Warohmah). Yang jomlo juga nggak boleh kalah dong, yang
jomlo harus Samarata (Sabar-Menanti-Pangeran-Cinta). Cimiiw. Hiihi
Nah
jika dihubungkan dengan “provokasi-provokasi” yang saya dapatkan di atas.
Mungkin bukan cuma saya aja ya yang pernah mendapatkan bisikan-bisikan halus
nan tajam seperti itu. Hiks hiks sungguh menyayat hati, lebay mode on. Atau
bahkan sahabat, pernah juga mendapatkan bisikan yang jauh lebih tajam dari
tajamnya celurit sawah. Maka prinsip Samarata harus ditegakkan degan
adil dan bijaksana oleh para Jomblo-ers.
Guys,
pernah baca ini kan. “Rejeki, Jodoh, Maut, sudah ditentukan.....”
Rezeki setiap hamba telah dijamin
oleh Allah. Allah pun telah menetapkan kadar dan takaran bagian atau porsi
rezeki tiap hamba (Lihat QS. Hud [11]: 6)
Dan Kami menciptakan kalian berpasang-pasangan.(QS. An-Naba’ [78] : 8)
Sesuatu yang bernyawa tidak akan
mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan
waktunya. (QS. Ali Imran [3]: 145).
Oleh
karena itu, kita tak perlu khawatir dengan apa yang telah ditetapkan oleh Yang
Maha Kuasa. Nah yang harus dikhawatirkan adalah dengan cara apa kita
mendapatkan ketiga itu. Pertama, rejeki, setiap manusia rejekinya sudah
ditentukan oleh Allah. Jadi tugas kita adalah bagaimana cara mendapatkan rezeki
tersebut, dengan cara yang baik dan halal tentunya. Karena yang kita harapkan
bukan banyaknya jumlah, tapi keberkahannya yang paling utama. And yang ke dua,
jodoh. “Kamu adalah seperti apa jodohmu.” Yuk kita baca firman Allah SWT...
“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki
yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak
baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk
wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)
Nah,
janji Allah itu pasti. Jangan ada keraguan atasnya. So, sekarang tugas kita
adalah bagaimana caranya mendapatkan jodoh yang baik, tentunya semua harus
dimulai dari diri kita sendiri. Jika kita berusaha menjadi pribadi yang baik,
insyaAllah jodoh kita pun akan 11-12 dari kita. Nggak jauh-jauh beda laah. Nah
yuk mari kita perbaiki diri supaya kita bisa jodoh yang baik juga. Jadi jangan galau yaa, jika udah berusaha
tapi belum dapet juga. Ini hanya masalah waktu. Keep Samarata! ^_^ Nah kalo
maut, pasti maunya khusnul khotimah kan?
Teruntuk
sahabatku Muslimah yang sedang menanti jodoh, aku juga. Hehe. Yuuk mari kita
isi hari-hari kita dengan aktifitas yang bermanfaat. Baik bermanfaat buat diri
kita sendiri, maupun orang lain yang ada di sekitar kita. Untuk diri sendiri,
selain menggenapkan ibadah wajib, tak lupa ditambah dengan ibadah-ibadah sunnah
untuk menambah kesempurnaan ibadah kita. Yaah, memperbaiki diri dan
meningkatkan hubungan kita dengan Allah. Dan untuk orang lain, mari tebarkan
senyuman kepada semua wanita. Siapapun dia, tua, muda, teman dekat, baru kenal.
Karena senyum adaah sedekah termurah, hehe maunya yang gratisan aja yach.
Menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, sahabat, dhuafa, anak yatim,
dll. Wah wah, ternyata banyak juga yaa tugas kita di dunia ini. Kalo tugas kita
sebanyak ini, kok bisa-bisanya sih kita masih menggalaukan masalah jodoh?.
Menggalaukan seseorang yang belum ada di samping kita. Padahal, masih banyak
orang-orang disekitar kita yang butuh perhatian kita. Aduuh, nyesel banget yaa.
Nah sahabat, pada mau kan dapet jodoh yang soleh?. Ya dua itu tadi kuncinya,
perbaiki hablumminallah dan hablumminannas.
Ssst,
saya ada tambahan nich. Tapi diem-diem aja yach. Kata guru saya, pacaran
sebelum menikah itu sangat di anjurkan. Saya jadi bingung, emang pacaran
seperti apa sich yang dianjurkan. Siapa tahu bisa saya terapkan. Hehe. Kata
beliau seperti ini, “Nur, kalo kamu mau nikah, pacaran itu wajib dalam budaya
kita, supaya orang bisa ngenali kalo kamu udah manten atau belum.” Aduuh sambil
garuk-garuk kepala. “Emang pacaran seperti apa sih bu yang sangat di anjurkan
itu.” Nah kalo itu terserah kamu, mau pake pacar tumbuk atau pacar arab. Kalo
pacar tumbuk biasanya dicampur pake asam jawa, biar tambah merah. Tapi kalo
pacar arab langsung beli aja di toko oleh-oleh haji, biasanya ada. Gubrak, cabe
deeh. Bukan itu bu maksud saya pacaran yang itu tu? Sambil kedip-kedip, “Oh
pacaran itu, boleh-boleh aja, yang penting nggak pegang-pegangan, ciuman,
dua-duaan, telponan, smsan, chatingan, dll. “Waduh, kalo itu mah emang bukan
pacaran kali, tapi kalo surat-suratan gimana?” Sambil menggoda. “Oh kalo yang
itu boleh, emang kamu mau pacaran sama kakek-kakek ya?. Jiaah.
Dan ada
satu lagi diskusi kece bersama dosen saya ketika selesai bimbingan Laporan
Akhir kemarin, kebetulan waktu itu rame-rame dengan temen saya. Setelah
bimbingan, kami sedikit mengobrol ringan dengan beliau. Dosen pun bertanya,
“Mouli, setelah kuliah mau kerja dimana?. Momo menjawab, “Belum tahu pak, nanti
dicari dulu”. “Kalo Nini, mau kemana?”. Nini menjawab, “InsyaAllah yang masih
berhubungan dengan pariwisata pak”. “Kalo Nur gimana?. Saya pun menjawab, “Kalo
saya pak, setelah saya dapet ijasah saya mau cari ijab-sah.”. Seketika semuanya
tertawa karena ulah saya tersebut.
Sahabat,
plis deh jangan galau. Semuanya ditanggapi dengan santai aja. Tidak semua
masalah harus di internalisasi. Apalagi buat kamu yang masih muda, sekitar 20-25
tahun. Masih banyak tugas negara yang belum kita selesaikan, jika masa muda
saja disibukkan dengan bergalau ria, apa jadi nya negeri ini nanti. Apa mau
kita termasuk ikan mati yang terbawa arus sungai?. Cie ilee. Kayak pidato ajee.
Sahabat,
mungkin ada di antara kalian yang kurang setuju dengan tulisan saya di atas.
Tapi, inilah ‘jeritan hati’ saya kepada orang-orang yang saya lihat
hari-harinya selalu disibukkan dengan masalah jodoh, dikit-dikit bahas nikah,
konsep nikah seperti apa ya nantinya, ini dan itu. Memang tidak salah, tapi
tidak kah berlebihan jika hal tersebut selalu dibahas hampir setiap hari
sementara kata “ta’aruf “ aja belum saya dengar darinya.
Tidakkah
lebih baik kau sibukkan hari-harimu dengan kekasih-kekasihmu yang ada selama
ini. Yaitu kedua orang tuamu, adik-kakakmu, kakek-nenekmu. Apakah pernah kau
pikirkan, pokoknya jika setiap ayah pulang kerja, secangkir teh hangat harus
tersedia di mejanya, pernahkah kau berpikir, pokokya sebelum saya menikah, saya
ingin menaikkan haji kedua orang tua saya. Dan cita-cita mulia lainnya yang
ingin kau persembahkan untuk kedua orang tuamu. Kenapa kita selalu disibukkan
sedang hal-hal yang belum ada tapi kita sering melalaikan orang-orang yang ada
di sekitar kita?.
Rasanya
tidak pantas jika kita selalu memikirkan orang-orang yang belum tentu menjadi
jodoh kita, bahkan belum memberikan apa-apa kepada kita. Sekalipun orang
tersebut telah memberikan sesuatu yang bisa membuatmu bahagia, tentu tak akan
pernah bisa dibandingkan atas apa yang telah diberikan oleh kedua orang tuamu.
Seringkali kita melihat orang-orang yang sedang kasmaran, terlalu memuji
kekasih hatinya tentang ini dan itu di medsos. Coba tanya apakah pernah dia memuji
orang tuanya dengan sebaik-baiknya pujian? Bahkan melebihi pujian terhadap
kekasihnya tersebut?.
So,
To Be High Quality Jomblo, bukan sekedar menjadi wanita yang dapat menjaga
pergaulan, pandangan, tangan, kemaluan, atau menjauhkan diri dari perbuatn
zina, atau hal-hal yang berhubungan dengan pejagaan diri sebelum mendapatkan
jodoh. Tapi sebenar-benarnya High Quality Jomblo adalah seseorang yang dapat
membagi-bagi cintanya secara proporsional. Baik sebagai hamba Allah, sebagai
seorang anak, sebagai seorang adik, sebagai seorang kakak, dan sebagai seorang sahabat.
Wise
Word : “Jangan pikirkan siapa jodohku kelak, tapi pikirkanlah sudahkan aku
pantas disebut sebagai wanita sholehah?”
Salam
manis dari bos kecil : Cek Noer ^_^
Senin,
28/04/2014
hehehe... sy masuk HQJ gk ea?? ^_^
BalasHapusBagus nya sih masuk Mbak Ning. Hehe
BalasHapusKeep istiqomah. ^_^