Dunia Tanpa Lelaki . . . tak
terhitung sudah berapa kali saya mendengar kata-kata ini dari bibir manis
sahabat saya, Kak Dezrina. Dunia yang mengantarkan ia pada titik nadirnya,
dunia yang memutarbaikkan rotasi hidupnya, dunia yang mengantarkan ia kepada
dunia yang baru.
Dunia Tanpa Lelaki, yang kukira
adalah dunia kekecewaan wanita terhadap kekasihnya, dunia kesedihan seorang
anak atas kepergian ayahnya, atau dunia kaum pecinta sesama wanita.
Namun, dugaan saya salah, Dunia
Tanpa Lelaki adalah dunianya para wanita yang bersatu di bawah langit-langit
asa. Dunia yang penuh dengan aturan dan kedisiplinan. Dunia yang menjauhkan
mereka dari hiruk-pikuk dunia. Dunia yang menciptakan warnanya sendiri.
Pondok Pesantren?? Asrama Putri??
Yaa, namun ini bukanlah ponpes biasa. Ini adalah ponpes yang sangat spesial. Mereka
bukanlah para santriwati yang ingin menghapalkan 30 juz Al-Qur’an, mereka juga
bukan santriwati yang dicipta untuk menjadi seorang mubalighah. Tidak, tidak
sejauh itu. Yang mereka harapkan hanya satu. Kapan mereka bisa keluar dari
ponpes itu secepatnya.
Bukan, bukan karena santriwati
itu tidak mampu mengejar target hapalannya. Atau karena mereka bosan dengan
pelajaran disana. Tapi, karena mereka ingin kembali ke dunia nya semula. Dunia
dimana mereka dapat merasakan kehangatan kasih dan cinta keluarganya. Dunia dimana
mereka dapat tertawa riang tanpa harus meninggalkan sesak di dadanya.
Pintu besi, ini bukanlah
sembarang pintu. Pintu ini adalah saksi bisu para santriwati disana. Pintu yang
menjadi saksi atas kesedihan dan kebahagiaan para santriwati. Pintu yang tidak
hanya memisahkan jasad, namun juga memisahkan jiwa mereka dari dunia luar.
Betapa tidak, ketika mereka masuk
ke dalam pintu besi itu, dan menjadi penghuni ponpes itu, seketika dunia akan
menyebutnya sebagai seorang narapidana. Tidak ada, tidak ada satu orang pun
yang menginginkan untuk menjadi seorang narapidana ! Namun, inilah dunia itu, Dunia
Tanpa Lelaki.
***
SELANGKAH LEBIH DEKAT
Alhamdulillah, hari ini Sabtu, 05
Juli 2014, merupakan hari yang bersejarah bagi kami, Tim Solidaritas Peduli
Jilbab Palembang dan Tim GSSI. Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, kami
dapat bersilaturahim kepada para penghuni LAPAS Wanita Klas 2 Palembang. Tempat
dimana Kak Dezrina berinstrospeksi diri selama 25 bulan.
Pada awal masuk, saya cukup ‘terkesima’,
karena saya tidak pernah menyangka bisa masuk ke tempat yang banyak
ditakuti orang ini. Tempat yang hanya saya kenal dari sinetron dan film yang menggambarkan
bahwa penjara adalah tempat yang sangat mengerikan.
Namun setelah saya masuk ke
dalam, prasangka saya berubah. Semua ini tidak seperti yang saya pikirkan.
Tidak ada penyiksaan, tidak ada pengeroyokan, dan tidak ada tangisan. Yang
tampak adalah senyum-senyum manis dan sapaan hangat dari para penghuni lapas.
Walaupun mata mereka tak bisa bohong bahwa mereka menyimpan luka di dalam dada.
Pada kesempatan ini saya
diamanahkan menjadi MC Acara oleh TIM SPJ, awalnya saya sedikit grogi karena saya
khawatir akan melakukan kesalahan dalam berucap. Karena sebelumnya saya tidak
pernah berbicara didepan para narapidana. Tapi alhamdulillah, pada sesi kedua
saya sudah bisa mengontrol grogi saya, karena saya terharu dengan tatapan
mereka yang begitu antusias memperhatikan apa yang kami sampaikan.
Menatap wajah teduh mereka, saya
hampir menangis, teringat ibu dirumah, sedih karena mereka tidak bisa merasakan
seperti apa yang kami rasakan. Mereka, yang seharusnya berceloteh dengan
anak-anak mereka, sahur bersama, buka bersama, tarawih bersama. Sebuah
kesempatan manis yang sangat dirindukan oleh setiap keluarga. Tapi apa daya,
takdir Allah berkata lain. Semoga Allah mengangkat derajat mereka atas
kesabarannya.
Acara ini diawali dengan tilawah
Al-Qur’an yang dibacakan oleh salah satu penghuni lapas. MasyaAllah, tilawahnya
bagus sekali. Hati ini berkata, rasanya tidak pantas orang seperti ini menjadi
penghuni disini. Lebih tepat beliau menjadi seorang guru ngaji.
Lalu, sambutan dari Kak Dezrina,
selaku alumni dari lapas ini. Beliau menyampaikan motivasi kepada para
penghuni lapas agar tetap bersabar dalam menjalani masa tahanan disini. Satu
pesan yang paling menarik dari Kak Dez yaitu, jika mereka telah keluar dari
lapas ini. Jangan pernah melupakan teman-teman yang masih berada dilapas.
Kunjungi, dan berikan bantuan sesuai kemampuan.
Kemudian sambutan dari Tim GSSI
yang diwakili oleh Mbak Ratna. Seharusnya setelah ini yaitu sambutan dari
Kalapas, namun karena ada sedikit kendala, kesempatan langsung diberikan kepada
KH. Abdul Karim Subki yang tidak lain adalah paman Kak Dezrina untuk
menyampaikan ceramah.
Alhamdulillah, tema ceramah yang
di ambil oleh Sang Ustadz sangat tepat dengan keadaan para penghuni lapas,
yaitu mengenai kisah Nabi Yusuf, seperti kita ketahui bahwa Nabi Yusuf pun
pernah mendekam di dalam penjara. Kemudian berkat kesalehannya, Allah SWT
mengangkat derajatnya dan menjadikan ia seorang Raja. Selain menyampaikan
ceramah Ustadz juga memimpin do’a bersama.
Selanjutnya, kami memberikan
kesempatan kepada Ibu Endang yang mewakili sambutan Kalapas. Dan disusul oleh
sambutan Ketua Umum Gerakan Seribu Sehari (GSSI), Kak David. GSSI adalah sebuah
gerakan sosial yang mengajak masyarakat untuk bersedekah. Kemudian GSSI akan
menyalurkan donasi dari para donatur kepada orang-orang yang membutuhkan, salah
satunya contohnya di lapas ini.
***
BUKA BERSAMA
Akhirnya waktu berbuka tiba.
Kurma, kolak, dan secangkir air putih adalah menu ta’jil kami kali ini.
Sederhana namun penuh dengan cinta. Hehe. Kemudian kami sholat berjamaah
bersama para pengehuni lapas. Lalu memberikan donasi kepada para penghuni
lapas.
Alhamdulillah, kami menyadari
bahwa kehadiran kami disini tidak begitu memberikan banyak perubahan terhadap
keadaan mereka. Namun setidaknya, kami bisa memberikan semangat kepada mereka
bahwa masih banyak orang-orang yang menyayangi mereka dan mengharapkan
kehadiran mereka untuk kembali ditengah-tengah keluarganya. Dan kami juga
mendapatkan banyak pelajaran dari kunjungan kami hari ini. Yaitu untuk lebih
banyak bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kami, dan
bersabar apabila mendapat ujian.
Ada momen yang cukup menarik
setelah kami keluar dari pintu besi, seketika kakak-kakak GSSI mengeluarkan
banyak makanan ta’jil dari mobilnya. Wah-wah ternyata mereka bawa banyak bekal,
kebetulan perut saya masih laper, langsung deh merapat untuk meminta apa yang
bisa disantap, eh tapi ternyata bukan hanya saya yang laper, temen-temen yang
lain juga. Lengkaplah hari ini, buka bersama duduk lesehan di depan pintu
lapas. Kereeen!
Pasti semua pada penasaran apa
yang menyebabkan Kak Dezrina bisa masuk kedalam lapas ini. Silahkan anda follow
facebooknya ‘Dezrina Ribhun’ atau twitternya @twelvedezrina. Oh iya, belum lama
ini Kak Dez telah mengeluarkan buku antologinya yang berjudul ‘Dunia Tanpa
Lelaki’. Kisah menarik para wanita dibalik jeruji besi. Don’t miss it !
Palembang, 05 Juli 2014
Salam Manis : Cek Noer
MANIS....
BalasHapus