Minggu
malam, di sudut kota ini, ku saksikan ratusan kuda besi sedang berbaris rapi di
tepi jalan. Lengkap dengan para punggawanya laksana pasukan perang yang akan
maju ke medan laga. Sekilas, aku merasa kagum dengan solidaritas mereka,
sampai-sampai aku mengira bahwa mereka adalah pasukan kavaleri yang sedang
menghadang penjajah. Namun, aku harus bangun dari hayalanku dan menerima
kenyataan bahwa mereka bukanlah siapa-siapa. Tidak ada meriam, tidak ada
senapan, apalagi bambu runcing yang menjadi senjata pusaka perjuangan bangsa.
Yang ada hanyalah gelak tawa, kejumawaan dan ‘makhluk halus’ yang siap menjadi
piala bergilir dalam pertarungan mereka.
Di
sepertiga malam kedua, para kuda besi itu siap beraksi untuk membuktikan
keperkasaannya. Meski banyak gendang telinga yang harus disakiti karena bisingnya
suara mereka, meski banyak jantung yang hampir lepas karena keganasan mereka.
Mereka tak kan pernah peduli itu, karena yang mereka yakini hanyalah kepuasan
semata.
***
‘BEGAL’,
sebuah kata yang akhir-akhir ini menjadi trending topic di berbagai media massa.
Sebuah aksi perampasan ‘kuda besi’ beserta perampasan jiwa manusia yang tak
‘berdosa’. Entah, apakah pelaku pembegalan adalah mereka yang biasa hidup liar
di malam hari atau mereka adalah korban dari ‘keacuhan’ rumah tangga.
Siapa
mereka? Adalah ‘pemuda tanggung’ yang sedang memperjuangkan eksistesinya
ditengah kemelaratan moral. Saksikan, saksikanlah wahai para ayah, ibu,
saudara-saudariku. Mari kita periksa anak laki-laki kita, saudara laki-laki
kita. Dimana mereka menghabiskan akhir pekannya? Dengan siapa mereka berteman?
Atau mungkin kita tak pernah peduli dengan apa yang mereka lakukan selama ini,
sampai datang berita bahwa orang yang kita sayangi merupakan salah satu pasukan
militan gangster.
***
Apa
hal yang mengantarkan mereka menjadi pribadi-pribadi liar seperti itu?
PEMBEGALAN. Ya, sebelum mereka menjadi seorang pembegal, mereka telah menjadi
korban pembegalan, oleh siapa, oleh KITA. Kita telah membegal harapan dan
cita-cita mereka, menjadikan mereka sebagai kaum marjinal yang patut di
dihindari bahkan dimusnahkan. Alih-alih menjadi pemuda harapan, mereka malah bermutasi menjadi
makhluk baru yang lebih menyeramkan.
Pada
dasarnya mereka bukan anak-anak nakal, tapi korban dari kenakalan para kapitalis
dan keangkuhan para oportunis. Sehingga, mereka tak punya pilihan lain selain
merampas apa yang tidak bisa mereka miliki (kebahagiaan). Ketika rumah tidak
bisa menjadi surga, ketika orang tua tidak bisa menjadi pendengar, ketika
saudara tidak bisa menjadi sahabat, ketika masyarakat tidak bisa menjadi
penasehat, apa oleh buat.
***
Setidaknya
ada 3 aspek yang melatarbelakangi terjadinya tindakan pembegalan. Yaitu aspek
agama, aspek sosial dan aspek ekonomi.
Pertama, aspek agama. Berkata Ibnul Qayyim rahimahullaah : “Tidaklah diragukan bahwasanya kebodohan
adalah pokok dari segala kerusakan dan dhoror (bahaya), kejelekan yang
didapatkan oleh seorang hamba di dunia dan di akhirat adalah dampak dari
kebodohan.” (Miftaah Daaris Sa’adah, 1/87)
Siapa sih yang ingin jadi orang bodoh.?!
Insya Allah kita semua akan menjawab tidak ada yang mau. Dalam urusan
yang sepele saja dari perkara dunia kita bisa merasakan dampak dari tidak
enaknya jadi orang bodoh, apalagi kalau bodoh dalam masalah agama, jelas lebih
fatal dampak buruknya, tidak hanya didunia bahkan diakhirat juga.
Salah
satu golongan yang selamat, yang dilindungi Allah di hari Kiamat adalah pemuda
yang senantiasa beribadah kepada Allah. Pemuda selalu menjadi sentral
pembicaraan, ia muda, gagah, tampan, energik, dan menyimpan potensi luar biasa.
Karenanya ia sering menjadi tulang punggung setiap perjuangan, baik yang
positif maupun negatif. Dalam konteks kebaikan dan ibadah, pemuda diharapkan
dapat berperan efektif dalam mengemban risalah Islam. Bila masa muda secara
efektif di ambil alih para pemuda, niscaya mereka akan mendapatkan
keberuntungan yang besar baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia mereka akan
mampu mengusung perubahan ke arah kebaikan bagi dirinya dan umatnya, di akhirat
ia mendapat jaminan keselamatan dan perlindungan Allah, ketika tidak ada lagi
perlindungan selain perlindungan-Nya. “Ada tujuh golongan yang mendapat
perlindungan Allah di hari yang tiada lagi perlindungan kecuali
perlindungan-Nya, yaitu . . . pemuda yang senantiasa beribadah kepada
Allah . . . “ (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua,
aspek sosial. Keberadaan komunitas sosial di lingkungan pemuda sangat
berpengaruh terhadap pembentukan karakter mereka. Dan yang paling utama yaitu
di dalam lingkungan keluarga, karena keluarga memiliki intensitas waktu
terbesar untuk melakukan pembinaan terhadap anggota keluarganya.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia :
“Wahai
orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
“Berilah
peringatan kepada kerabatmu yang terdekat.” (Asy Syu’ara: 214)
Ibnul Qoyyim Rahimahullah berkata, “Mayoritas anak menjadi rusak
dengan sebab yang bersumber dari orang tua, dan tidak adanya perhatian mereka
terhadap si anak, tidak adanya pendidikan tentang berbagai kewajiban agama dan
sunnah-sunnahnya. Orang tua telah menyia-nyiakan anak selagi mereka masih
kecil, sehingga anak tidak bisa memberi manfaat untuk dirinya sendiri dan orang
tuanya ketika sudah lanjut usia. Ketika sebagian orang tua mencela anak karena
kedurhakaannya, si anak menjawab, ‘Wahai ayah, engkau dahulu telah durhaka
kepadaku saat aku kecil, maka aku sekarang mendurhakaimu ketika engkau telah
lanjut usia. Engkau dahulu telah menyia-nyiakanku sebagai anak, maka sekarang
aku pun menyia-nyiakanmu ketika engkau telah berusia lanjut’.” (Tuhfatul Maudud
hlm. 337)
Ketiga, aspek ekonomi. Harta, tentu
banyak yang menginginkannya. Beragam cara pun dilakukan untuk memperolehnya.
Halal haram, bagi sebagian orang, adalah nomor kesekian. Yang terpenting adalah
kebutuhan terpenuhi dan gaya hidup terpuaskan. Jika sudah seperti ini, harta
tak lagi menjadi rahmat, namun menjadi celah turunnya azab. Contoh nyata yang
terjadi di masyarakat baru-baru ini, maraknya kasus pembegalan sampai-sampai
pelaku membunuh korbannya. Na’udzubillah. Hasrat untuk memiliki harta dengan
cepat dan mudah telah menutup mata hati mereka dari janji-janji Allah bahwa
manusia telah dijamin rezekinya masing-masing asal mereka mau berusaha,
tentunya dengan jalan yang halal.
Jauh-jauh hari, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam juga telah mewanti-wanti umatnya dari gemerlapnya harta
dengan segala fitnahnya yang menghempaskan. Di antaranya adalah yang
diriwayatkan At-Tirmidzi dari Ka’b bin ‘Iyadh bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya
setiap umat mempunyai ujian, dan ujian bagi umatku adalah harta.” (HR.
At-Tirmidzi no. 2336, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 2148)
***
Rasulullah
-shallallahu alaihi wasallam- bersabda dalam hadits Abdullah bin Mas’ud
-radhiallahu ‘anhu-, “Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat
dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya
dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya
dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah
dia amalkan dari ilmunya”. (HR. At-Tirmizi)
Hadits
di atas jelas menunjukkan bahwa masa muda merupakah salah satu nikmat terbesar
yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Dan itu sekaligus
menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan usia muda dan para pemuda.
Tidak
diragukan lagi bahwa para pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam
tatanan kehidupan manusia secara umum dan masyarakat kaum muslimin secara
khusus, karena jika mereka adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan
adab-adab Islam maka merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan
Islam serta menjadi nakhoda ummat ini yang akan mengantarkan mereka kepada
kebaikan dunia dan akhirat. Hal ini dikarenakan Allah -Subhanahu wa Ta’ala-
telah memberikan kepada mereka kekuatan badan dan kecemerlangan pemikiran untuk
dapat melaksanakan semua hal tersebut. Berbeda halnya dengan orang yang sudah
tua umurnya walaupun para orang tua ini melampaui mereka dari sisi kedewasaan
dan pengalaman, hanya saja faktor kelemahan jasad -kebanyakannya- membuat
mereka tidak mampu untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan oleh para pemuda.
Oleh
karena itulah para sahabat yang masih muda -radhiallahu ‘anhum- memiliki andil
dan peran yang sangat besar dalam menyebarkan agama ini baik dari sisi
pengajaran maupun dari sisi berjihad di jalan Allah -Subhanahu wa Ta’ala-. Di
antara mereka ada Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr ibnul
Ash, Muadz bin Jabal, dan Zaid bin Tsabit yang mereka ini telah mengambil dari
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- berbagai macam ilmu yang
bermanfaat, menghafalkannya, dan menyampaikannya kepada ummat sebagai
warisan dari Nabi mereka. Di sisi lain ada Khalid ibnul Walid, Al-Mutsanna bin
Haritsah, Asy-Syaibany dan selain mereka yang gigih dalam menyebarkan Islam
lewat medan pertempuran jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seluruhnya
mereka adalah satu ummat yang tegak melaksanakan beban kewajiban mereka kepada
agama, ummat, dan masyarakat mereka, yang mana pengaruh atau hasil usaha mereka
masih kekal sampai hari ini dan akan terus menerus ada -dengan izin Allah-
sepanjang Islam ini masih ada.
Para
pemuda di zaman ini adalah para pewaris mereka (para pemuda dari kalangan
shahabat) jika mereka mampu untuk memperbaiki diri-diri mereka, mengetahui hak
dan kewajiban mereka, serta melaksanakan semua amanah yang diberikan kepada
mereka yang berkaitan dengan ummat ini. Dan bagi mereka khabar gembira dari
Nabi mereka -Shollallahu alaihi wasallam- tatkala beliau bersabda dalam hadits
yang shahih, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari
yang tiada naungan kecuali naungan-Nya,” lalu beliau menyebutkan di antaranya, “Seorang
pemuda yang tumbuh dalam penyembahan kepada Rabbnya.”
Written by : Cek
Noer
Palembang, Jum’at
22 Maret 15
#di
malam yang sejuk, ditemani buah pepaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar