Apa yang terlintas di benakmu
ketika kau mendengar kata “Ayah” dan “Ibu”? Ayah, sesosok manusia yang kuat,
tegas, dan sebagai pencari nafkah keluarga. Ibu, sesosok manusia yang lembut,
penyabar, dan penuh kasih sayang.
Ya, itulah orang tua kita. Hebat
bukan? Nah sekarang mari bersama-sama kita buat pertanyaan untuk mereka, “Apa
kabar Yah? Apa kabar Bu?”. Pertanyaan yang pendek dan ringan di ucapkan namun
mengandung banyak makna di dalamnya.
Sebagai seorang anak, jika ditanya.
“Apakah kamu mencintai kedua orang tuamu?” Dengan spontan kita akan menjawab,
“Pasti”. “Lalu pembuktian cinta kepada orang tua itu seperti apa sih?”. Akan
ada yang menjawab, “Menuruti semua perintahnya, tidak membuat mereka susah,
memberikan yang terbaik, dll.” Lalu seberapa besarkah cintamu kepada mereka?.
Sebesar gunung-kah, atau sebesar jagat raya ini?
Kasih anak sepanjang papan kasih
ibu sepanjang jalan. Kasih anak sepanjang koran kasih ayah sepanjang lautan.
Artinya, kasih yang diberikan seorang anak belum ada apa-apanya jika
dibandingkan dengan kasih yang diberikan orang tua. Tak akan terbanding sampai
kapanpun.
Mari kita baca dan renungi firman
Allah, ”Dan Kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia
agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah serta menyapihnya dalam dua tahun. Agar
bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orangtua kalian. Hanya kepada-Ku lah kamu
kembali.” (Q.S. Luqman: 14)
Hal
ini juga dikuatkan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
dia berkata : saya bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda: “Amalan apa yang paling dicintai Allah? Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Shalat tepat pada waktunya, saya bertanya lagi :
kemudian apa lagi ? Nabi menjawab : berbakti kepada kedua orang tua. saya
bertanya lagi : kemudian apa lagi ? Nabi menjawab : berjihad dijalan Allah.“
(HR.Bukhari dan Muslim)
Sahabat, sudah sejauh manakah
kasih dan sayang yang telah kita berikan kepada mereka? Atau bahkan kita belum
memberikan apa-apa kepada mereka? Yang telah mengasuh, menyusui, mendidik,
menyekolahkan, memberikan pakaian, dll. Bisakah kita membayar lunas atas
jasa-jasa mereka yang telah lalu? Tentu tidak akan pernah bisa.
Sahabat, mungkin kisah dibawah
ini bisa menjadi renungan kita bersama bahwa kita harus memberikan kasih dan
sanyang dalam porsi yang besar kepada kedua orang tua kita dibandingkan dengan
orang lain.
Sebut saja namanya, Fulan. Fulan
adalah seorang anak laki-laki yang hidup dalam serba berkecukupan. Baik dalam
kasih sayang maupun materi. Apapun yang Fulan inginkan selalu dituruti kedua orang
tuanya. Kemudian usia Fulan memasuki masa pubertas, lalu Fulan pun berkeinginan
untuk memiliki seorang pacar. Beberapa bulan kemudian, Fulan memiliki seorang
pacar. Suatu hari mama Fulan, meminta Fulan untuk mengantarkannya ke pasar.
Namun Fulan selalu saja mencari alasan tidak bisa mengantarkan mama-nya ke
pasar. Di lain waktu Fulan di telpon pacar-nya untuk mengajaknya jalan-jalan ke
Mall, dengan secepat kilat Fulan beranjak pergi untuk mengantarkan pacarnya.
Sebut saja namanya, Fulanah.
Fulanah baru saja memiliki seorang pacar. Sebagai pasangan baru, tentu dia
ingin memberikan yang terbaik untuk pacarnya. Baik berupa kasih sayang maupun
yang bersifat materi. Beberapa minggu lagi, pacar Fulanah akan berulang tahun.
Dan sejak jauh-jauh hari Fulanah sudah memikirkan, kado spesial seperti apa
yang akan ia persembahkan untuk pacarnya. Sampai-sampai Fulanah membuka
–celengannya- demi membelikan kado
spesial untuk pacarnya. Dalam waktu yang sama, Ayah Fulanah sedang ditimpa
musibah. Lalu ayah Fulanah mencoba untuk meminjam uang dengan Fulanah, dengan
santai Fulanah menjawab tidak memiliki uang.
“Dan tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan
‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah menyayangi aku di waktu kecil'.” (QS. Al-Isra : 23-24)
Pesan-Pesan yang Terkandung dalam QS.
Al-Isra’ ayat 23-24
- Mengesakan Allah SWT adalah pesan Tuhan yang paling penting.
- Berbakti kepada orang tua adalah salah satu sifat mengesakan Allah.
- Perintah agar berbakti kepada orang tua, derajatnya sejajar dengan perintah mengesakan Allah.
- Generasi muda dan orang tua sepatutnya membangun hubungan dengan landasan iman.
- Berbakti kepada orang tua, tidak disyaratkan bahwa orang tua harus muslim.
- Berbakti kepada orang tua harus dilakukan oleh seorang anak tanpa perwakilan.
- Berbakti bisa berarti mencintai, mendidik, menghargai, dan berkomunikasi dengan baik.
- Doa anak terhadap orang tua sangat mustajab.
- Orang tua harus mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang.
- Manusia harus menghargai para pendidiknya.
Sahabat, dapat dipastikan orang tua
kita tidak akan pernah meminta balas jasa atas apa yang mereka berikan kepada
kita. Mereka melakukan semuanya ikhlas karena cinta yang Allah hadirkan di
hati-hati mereka. Tapi, yakinlah mereka sangat mengharapkan kita dapat memberikan
yang terbaik buat mereka. Dapat menjadi anak yang membanggakan di dunia dan
mengantarkan mereka ke surga Allah.
Sahabat, selagi orang tua kita masih
hidup. Mari kita muliakan mereka seperti yang telah di jelaskan di dalam
Alqur'an dan yang telah di contohkan oleh Rasulullah. Berbuat baik kepada kedua
orang tua dengan harta, wibawa (kedudukan), dan bantuan fisik. Adapun setelah meninggal, maka
cara berbaktinya adalah dengan:
1. Mendo’akan dan memohonkan
ampunan bagi mereka.
2. Melaksanakan wasiat mereka.
3. Menghormati teman-teman mereka.
4. Memelihara hubungan kerabat
orang tua.
Cek Noer
Palembang, 16 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar